on Rabu, 04 Mei 2011

“PEJUANG DAN SIFAT CREATIVE (Critism, Wise, Inovative, Loyality, Visioner)”

Pernah mendengar kata “Perjuangan” ? Masihkah kau berdentum ketika syair tentang itu menderu-deru di telinga dan sekitarmu? Aku pun tidak lagi. Entah apa dan mengapa. Yang saya tahu, saat ini tak ada hal berbau perjuangan yang elegan. Hanya berjuang berjuang berjuang yang mendasari keindividuan.
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Bukankah kau sering bercengkrama dengan teman tentang perjuangan. Perjuangan mendapatkan nilai, perjuangan mendapatkan pujian, perjuangan mendapatkan hati seorang pujaan. Tapi, bukan seperti itulah perjuangan. Kau berjuang tanpa belajar, kau berjuang tanpa mecermati, kau berjuang tanpa kalah lantas menyerah. Bukan itu yang aku maksud.
Aku ingat, tadi siang semua hasil ujianku tak begitu memuaskan. Dan aku ingat semalam aku terlalu lelah sampai tertidur, lalu aku ingat tadi pagi bangun kesiangan, kembali kuingat kalau aku lupa ujian diadakan hari ini dan aku sadar saat soal di depan mata. Lantas aku merenung, KAPAN AKU BEJUANG? dan KAPAN JADI PEMENANG? Bukankah seharusnya aku melawan lelah, melawan kantuk dan melawan semua sisi negative dalam diriku. Tapi aku sudah berusaha melawannya tetap tak bisa, aku bukan seorang yang sempurna yang selalu tepat dalam segala hal. Itu alasan.
Sekali lagi perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Dirimu bilang, kau seorang yang kritis. Bepikir pun tak pernah, apalagi mau mengkritisi, dengan apa coba? berfikir kritis seharusnya menuntun kita untuk belajar dari permasalahan di sekitar kita. Dirimu bilang, kau seorang yang bijaksana, bukannya saat dihadapkan dengan permasalahan teman dirimu selalu mengelak. Bijaksana itu mengerti bukan dimengerti. Dirimu bilang, kau seorang yang inovatif. Mengubah saja tak bisa, maumu hanya menerima dan menggunakan system yang kau rasa salah. Seharusnya dapat merubah membuat kau dan kami nyaman di dalamnya. Dirimu bilang, kau seorang loyality. Dengan teman pun selalu ada perbedaan dan berujung perpecahan. Bagaimana bisa kau disebut setia. Dirimu bilang, kau seorang visioner. Padahal melulu kau mengacuhkan masa depanmu, tak mempunyai pemikiran yang berkembang dan tak punya acuan kedepan. Itukan sifat seorang pejuang? Tidak sama sekali.
Aku, kamu dan kita semua begitu susah mewujudkan sebuah perjuangan. Melaksanakan apa yang telah kita ucapkan. Bukan munafik, bukan ingkar dan bukan pembohong. Melainkan suati kelalaian kesadaran. Bukankah tanah, harta dan jiwa kita hasil dari perjuangan. Melihat begitu kokohnya niat pahlawan yang membawa kemerdekaan, orang tua kita yang senantiasa memberi berpuluhan juta kasih sayang dan materi serta perjuangan ibu untuk membiarkan kita mencicipi semua rasa yang ada di dunia. Sekalipun nyawa taruhannya.
Tentu kita pernah berpikir dan bercermin bukan bagaimana dan dengan apa aku membalas budi. Sesungguhnya tak sulit, jika kita memulai dari hal terkecil. Tanamkan semua sifat kepemimpinan, kritis, bijaksana, inovatif, loyality dan visioner. Lalu mulailah membuka hati dan pikiran untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Dengan keluarga, teman, sekalipun musuh dan wujudkan dalam konteks seluas-luasnya.