BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak
merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia
(SDM) di masa depan. Dalam rangka
mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan
salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan
merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu
bangsa. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan
pendidikan, merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi
unggul yang akan meneruskan perjuangan bangsa.
Usia
dini merupakan masa keemasan (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam
perkembangan kehidupan manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis
dalam perkembangan kepribadian anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat
perhatian dalam hal pendidikan,
perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya
dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Salah satu
bagian penting yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan pendidikan yang
diberikan sejak usia dini adalah penanaman nilai moral melalui pendidikan di
Taman Kanak-kanak.
Pendidikan
nilai dan moral yang dilakukan sejak usia dini, diharapkan pada tahap
perkembangan kepribadian selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk,
benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
itu akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat
sekitarnya dalam hal bersosialisasi.
Dunia
anak- anak sarat dengan pembelajaran. Tidak heran jika mereka berprilaku salah.
Tugas orangtua adalah membimbing dan mengingatkan. Hal itu juga terkait dengan
pembentukan moral dalam diri anak. Bisa saja anak sudah memahami perilaku yang
benar, namun belum tentu dia akan berperilaku sesuai pemahamannya itu. Sebab,
mengetahui dan berperilaku benar, bagi anak merupakan dua hal yang berbeda.
Fenomena kenakalan, kekerasan, korupsi, kolusi dan nepotisme, sering dijadikan
fakta bahwa pendidikan nilai atau moral di sekolah maupun di perguruan tinggi
dipandang masih gagal atau kurang berhasil. Kemudian para pelaku pendidikan
dari tingkat pembuat kebijakan sampai ke pelaksana di tingkat yang paling bawah
berusaha merubah dan memperbaiki strategi pembelajrannya yang dianggap sebagai
sumber nilai.
Sudah
penulis jelaskan, bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu, mereka haruslah mendapat perhatian dan pendidikan yang serius sebab pada
masa inilah belajar itu dimulai. Baik tidaknya moral anak berawal dari sini,
apabila pendidikan akhlak atau moral itu diberikan sejak kecil maka anak akan
terbiasa bersikap baik, begitu pula sebaliknya. Peran orang tua dalam
membimbing pertumbuhan anaknya sejak usia dini menjadi sangat penting bagi
modal kehidupan dan pendidikan anaknya kelak. Kewajiban orang tua adalah
memberikan pendidikan terhadap anaknya diantaranya adalah pendidikan moral atau
penanaman akhlak terhadap anak. Hal ini sebaiknya dilakukan sejak usia dini
karena pendidikan pada usia dini sangat penting dan mendasar serta sangat
menentukan bagi perkembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Mengingat
pentingnya pendidikan bagi perkembangan kecerdasan moral anak usia dini maka
penting bagi orang tua untuk memberikan kesempatan pada anak-anak dan membantu
proses perkembangan pola piker, maupun kepribadian, diantaranya memilih lembaga
pendidikan (Taman Kanak-kanak) yang tepat artinya strategi dan metode
pengajaran yang digunakan perlu disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki
oelh anak-anak.
Pendidikan
nilai dan moral sejak usia dini merupakan tanggungjawab bersama semua pihak.
Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan hal itu adalah Taman
Kanak-kanak (TK).
Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) yang bersifat formal. Di samping masih banyak lembaga
PAUD lain yang dapat digunakan sebagai tempat penanaman nilai moral seperti:
Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitiapan Anak (TPA), pendidikan keluarga, dan
pendidikan lingkungan. Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan
pra operasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep
yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan serta merta
menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya abstrak secara
cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di TK harus pandai dalam memilih dan
menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak
agar pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan
dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang
dimiliki guru atau pendidik dan orangtua akan mempengaruhi keberhasilan
penanaman nilai moral secara optimal.
Keluarga
adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika
suasana keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik
pula. Begitu juga sebaliknya. Peran ibu dalam keluarga amat penting. Dialah
yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surge bagi anggota keluarga,
menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya. Pada
kenyataannya, banyak orang tua kurang memiliki kesadaran untuk memperhatikan
setiap perkembangan seorang anak, sehingga mempengaruhi pola pendidikan yang
diberikan kepada anak tersebut.
Mengingat
pentingnya keseimbangan antara pendidikan moral emosional bagi anak usia dini
dan kebebasan anak dalam mengembangkan fantasinya, lembaga pendidikan memegang
peranan yang tidak kalah penting bagi tercapainya peletakan dasar atau
berawalnya pendidikan bagi anak usia dini. Apabila generasi yang akan datang
lebih buruk dari sekarang, maka merupakan suatu kerugian dan kemunduran.
Pendidikan mental dan moral, budi dan akhlak, sangatlah diperlukan bagi
kelanjutan hidup suatu bangsa, karena apabila budi suatu bangsa telah hilang
dan akhlaknya telah rusak, maka dengan cepat berangsur-angsur bangsa itu akan
lenyap dari permukaan bumi.
Pada
kenyatannya, terdapat beberapa kasus bahwa banyak keluarga yang tidak mampu
memberikan pendidikan dasar tentang moral yang baik pada anak. Hal ini
disebabkan mungkin karena kurangnya pengetahuan orang tua, kesibukan orang tua,
kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan bagi anak dan sebagainya. Hal
ini tentu akan berdampak bagi perkembangan moral anak, yang akan berdampak pada
masa depannya.
Seiring
dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan sangat cepat, Taman
Kanak-kanak (TK) Sri Rejeki Kec.Tanjung Kab.Lamongan, Jawa Timur memiliki peran
yang sangat penting dalam pengembangan kecerdasan moral dan membentengi anak
dengan kontrol emosional dimulai sejak dini. TK Sri Rejeki merupakn salah satu
pendidikan formal yang unggul dan berprestasi.
Sebagai
salah satu lembaga pendidikan, TK Sri Rejeki harus mampu menghadapi tantangan
yang semakin berat sejalan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat.
Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas yang mampu mempertahankan
kepercayaan, maka TK Sri Rejeki mampu menyelenggarakan pendidikan yang
prifesional, efektif dan efisien, sehingga dapat mencetak generasi yang
berkepribadian dan mempunyai kecerdasan moral, social emosional yang diawali
sejak dini.
Keberadaan
TK Sri Rejeki Kec.Tanjung Kab.Lamongan, Jawa Timur, menjadi sangat penting bagi
terlaksananya pendidikan yang berkualitas guna mengembangkan kecerdasan moral anak usia dini, karena TK ini menerapkan
pendidikan yang disiplin dan sesuai etika.
Sebagian besar orang menganggap bahwa guru adalah orang yang membantu orang lain
belajar. Ia tidak hanya menerangkan,
melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi pelajaran, membuat
pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, mereka juga harus menyimpan kartu catatan, mengatur kelas, menciptakan pengalaman
belajar, berbicara dengan orang tua dan membimbing siswa. Akan tetapi
kemampuan guru dalam membimbing
berbeda-beda. Karena membimbing yang kelihatannya mudah dilaksanakan,
sebenarnya sulit apalagi bagi orang yang belum berpengalaman dalam hal
membimbing. Pada kenyataannya guru belum sepenuhnya mampu dalam membimbing anak
didiknya terutama dalam sepenuhnya mampu dalam membimbing anak didiknya
terutama dalam bidang kedisiplinan, terlihat ketika penelitian melakukan
observasi ada di antara guru yang kurang tanggap ketika ada siswa yang
melakukan kesalahan seperti ada anak yang makan sambil berjalan dan berkata
kasar.
Bertolak dari kenyataan dan persoalan
tersebut, untuk meningkatkan efektifitas dan menghasilkan output yang berkualitas dan dapat meningkatkan
kecerdasan moral anak usia dini,
maka perlu adanya peran serta dari pendidik yang profesional dan menggunakan metode yang tepat
dalam melaksanakan pembelajaran.
Berawal dari permasalahan di atas, maka yang dimaksud
dengan peranan guru dalam membimbing moral anak di TK Sri Rejeki adalah bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh guru TK tersebut dalam usahanya membimbing anak
guna mencetak generasi muda yang bermoral, sebagai bekal di kehidupan kelak.
Ketika
pemahaman orang tua atau kondisi keluarga tidak mendukung, dalam arti sering
terjadi cekcok, masalah ekonomi, dan orang tua lebih sibuk di luar maka pesan
moral sulit tersampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh psikis seorang anak sangat
terganggu. Dari masalah tersebut, campur tangan seorang guru atau pendidik
sangat penting dalam penanaman nilai moral melalui pendidikan moral yang
formal.
Penjelasan
di atas yang melatarbelakangi penulis untuk membuat sebuah karya tulis yang
berjudul “Peran Guru Dalam Pembentukan
Kepribadian Anak Melalui Pengembangan Sosial, Emosional Dan Kemandirian Di Tk
Sri Rejeki Desa Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, dapat dikemukakan pokok permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana
peran guru dalam membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab.
Lamongan, Jawa Timur?
2. Bagaimana
metode pengembangan social, emosional dan kemandirian anak di TK Sri Rejeki
Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur?
3.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat
bagi peran guru dalam membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung
Kab. Lamongan, Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun
yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk
mengetahui peran guru membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung
Kab. Lamongan, Jawa Timur.
2. Untuk
mengetahui metode pengembangan social, emosional dan kemandirian anak di TK Sri
Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur.
3. Untuk
mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi peran guru dalam
membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa
Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan
dari penulis adalah :
1.4.1 Bagi Sekolah
1. Dapat
memberikan masukan pada lembaga yang bersangkutan, khusunya TK Sri Rejeki Kec.
Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur sebagai pertimbangan atas apa yang telah
ditempuh dalam pembentukan kepribadian.
2. Dapat
memberikan kontribusi pemikiran dan memberikan wacana baru dalam upaya
pembentukan kepribadian anak.
1.4.2 Bagi peneliti
1. Mendapat
pengetahuan secara teoritis.
2. Sebagai
syarat menjadi Sarjana 1 (S1)
1.4.3 Bagi Akademik
Diharapkan
dapat dijadikan sebagai pengembangan khasanah pengetahuan dalam menghadapi
dunia pendidikan pada masa yang akan datang, guna memperbaiki kepribadian
bangsa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Taman Kanak-kanak
Taman kanak-kanak atau disingkat TK
adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk
pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung
pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama
2 (dua) tahun, yaitu:
1.
TK A selama 1 (satu) tahun
2.
TK B selama 1 (satu) tahun
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di
sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk
lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau
yang sederajat.
Menurut Depdikbud Program 2, Taman kanak-kanak
merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah adalah
pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak
didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini
dilakukan agar anak-anak usia 4-6 tahun lebih mengikuti pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan peraturan pemerintahan di Indonesia,
“Pengertian dari taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak-anak usia empat
tahun sampai memasuki pendidikan dasar” (UU Nomor 2 Tahun 1989).
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Pendidikan
untuk anak usia dini (0-8 tahun) merupakan pendidikan yang memiliki
karakteristik berbeda dengan anak usia lain, sehingga pendidikannya pun perlu
dipandang sebagai sesuatu yang dikhususkan. Pendidikan anak usia dini di
negara-negara maju mendapat perhatian yang luar biasa. Karena pada dasarnya
pengembangan manusia akan lebih mudah dilakukan pada usia dini. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa usia dini merupakan
usia emas (golden age) yang hanya
terjadi sekali selama kehidupan seorang manusia. Apabila usia dini tidak
dimanfaatkan dengan menerapkan pendidikan dan penanaman nilai serta sikap yang
baik tentunya kelak ketika ia dewasa nilai-nilai moral yang berkembang juga nilai-nilai moral yang kurang
baik. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini adalah investasi yang sangat
mahal harganya bagi keluarga dan juga bangsa.
Mengingat
pentingya pendidikan untuk anak usia dini, maka di negara-negara maju
pendidikan anak usia dini sangat mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah. Taman Kanak-kanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari
sistem pendidikan nasional sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan
lainnya. Guru TK tidak dipandang lebih mudah dari guru SD atau jenjang
pendidikan di atasnya. Banyak perguruan tinggi yang mengembangkan program
master dan doktor untuk pendidikan anak usia dini. Tidak sedikit pula guru TK
yang memiliki gelar master dan doktor dalam bidang pendidikan anak usia dini.
Berbeda dengan di Indonesia, kondisi pendidikan anak usia dini belum tergarap
dengan baik. Perhatian pemerintah untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini
masih jauh dari harapan. Hampir seluruh TK (lebih dari 99 %) adalah TK swasta
yang dikembangkan oleh masyarakat secara swadaya. Para guru TK pun pada umumnya
tidak memperoleh gaji yang pantas. Selain itu, jumlahnya kurang 1 % yang
berstatus PNS. Jumlah anak yang mengenyam pendidikan TK juga sangat rendah,
yaitu sekitar 12 %
Taman
Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada
jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6
tahun. Dalam Standar Kompetensi PAUD
dinyatakan bahwa fungsi pendidikan TK dan RA adalah:
1. Mengenalkan
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2. Mengenalkan
anak pada dunia sekitar
3. Menumbuhkan
sikap dan perilaku baik
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
bersosialisasi
5. Mengembangkan
keterampilan, kreativitas dan kemapuan anak
6. Menyiapkan
anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Referensi
lain menyebutkan tujuan dan fungsi bimbingan di TK adala sebagai berikut:
1.
Membantu anak lebih
mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasaannya dan kesenangannya.
Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki karakteristik masing-masing
baik sifat, kemampuan, kebiasaan bahkan kesenangannya. Karakteristik setiap
anak berbeda satu sama lain. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu
anak didik untuk mengenali berbagai karakteristik yang dimilikinya.
2.
Membantu anak
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak
memiliki berbagai potensi dan potensi ini perlu dikembangkan seoptimal mungkin.
Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya.
3.
Membantu anak mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Walaupun usia anak taman kanak-kanak masih tergolong relatif muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai kesulitan, misalnya anak dikucilkan oleh teman-temannya, anak cepat marah dan sebagainya. Kesulitan yang dihadapi anak membuat anak tidak dapatmengembangkan diri dan bila dibiarkan begitu saja anak akan semakin mengalami kesulitan dalam memasuki lingkungan yang lebih luas
Walaupun usia anak taman kanak-kanak masih tergolong relatif muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai kesulitan, misalnya anak dikucilkan oleh teman-temannya, anak cepat marah dan sebagainya. Kesulitan yang dihadapi anak membuat anak tidak dapatmengembangkan diri dan bila dibiarkan begitu saja anak akan semakin mengalami kesulitan dalam memasuki lingkungan yang lebih luas
4.
Membantu anak menyiapkan
perkembangan mental dan sosial untuk masuk ke lembaga pendidikan selanjutnya.
Taman kanak-kanak berfungsi sebagai peralihan dari lingkungan keluarga ke
lingkungan sekolah dasar. Sekolah dasar adalah lingkungan yang baru bagi anak.
Di sekolah dasar anak akan menemukan situasi yang berbeda dengan lingkungan
rumah. Anak akan berhadapan dengan sejumlah anak lain yang berlatar belakang
keluarga yang berbeda, berhadapan dengan guru dan berbagai aturan yang
cenderung akan menuntut anak untuk mentaatinya. Bimbingan di taman kanak kanak
membantu kesiapan anak baik fisik, mental maupun sosial untuk dapat memasuki
lingkungan sekolah yang lebih luas.
5.
Membantu orang tua agar
mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu. Orang tua pada dasarnya
adalah pendidik dan peletak dasar yang utama bagi anaknya, namun kadangkala
orang tua kurang memahami karakteristik dan potensi yang dimiliki anak-anaknya,
sehingga ada orang tua yang cenderung menuntut anaknya untuk memenuhi segala
harapan orang tuanya atau orang tua bersikap tidak peduli dengan kondisi
anaknya. Pemahaman orang tua dan sikap menerima anak apa adanya akan turut
membantu proses perkembangan anak.
6.
Membantu orang tua
mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di
rumah Emosi adalah bagian dari kepribadian anak yang perlu dikembangkan secara
wajar. Terhambatnya perkembangan emosi anak akan mewarnai perkembangan aspek
kepribadian lainnya. Orang tua adalah orang yang kerap berhubungan dengan anak,
karena waktu interaksi anak banyak berhubungan dengan orang tuanya. Iklim
kehidupan yang diciptakan orang tua di rumah apakah menyenangkan atau tidak,
akan mempengaruhi bagaimana sikap anak ketika belajar di taman kanak-kanak.
7.
Membantu orang tua
mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan taraf
kemampuan intelektual, fisik dan sosial emosionalnya. Memilih sekolah tidak
semata-mata dilihat dari harapan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah yang terbaik, tetapi pertimbangan pemilihan sekolah anak perlu
disesuaikan dengan taraf kemampuan anak. Guru taman kanak-kanak dapat
memberikan pertimbangan pemilihan sekolah bagi anak didiknya berdasarkan
perkembangan kemampuan yang ditunjukkan anak selama belajar di taman
kanak-kanak. Melanjutkan belajar di sekolah dasar tidak hanya memerlukan
kesiapan kemampuan intelektual saja, kemampuan fisik-motorik, sosial dan
emosionalnya perlu juga dipersiapkan supaya anak dapat mengikuti proses
pembelajaran secara baik dan dapat terkembangkannya berbagai aspek kemampuan
anak secara keseluruhan.
8.
Memberikan informasi pada
orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak. Kesehatan anak merupakan
masalah penting yang harus diperhatikan baik oleh guru maupun orang tua.
Kesehatan anak sangat menunjang proses tumbuh kembangnya anak. Anak yang sehat akan
berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak sehat, karena dengan
badan yang sehat aktivitas dan kemampuan anak dapat berkembang secara baik.
Guru taman kanak-kanak perlu memberikan berbagai informasi sekaitan dengan
perkembangan kesehatan anak. Tugas guru dan orang tua untuk membantu memecahkan
berbagai masalah kesehatan anak.
Bimbingan di taman
kanak-kanak memiliki beberapa fungsi:
a.
Fungsi Pemahaman
Yaitu usaha bimbingan
yang akan menghasilkan pemahaman bagi orang tua dan guru tentang :
1.
Diri anak didik Anak
adalah sosok individu yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda satu
sama lain, berbeda pula kelebihan dan kelemahannya. Setiap anak memiliki irama
perkembangan masing-masing dan memiliki kapasitas untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya. Upaya bimbingan yang dilakukan di taman kanakkanak diharapkan
mampu memberikan pemahaman tentang berbagai hal yang ada pada diri anak didik.
2.
Hambatan atau
masalah-masalah yang dihadapi anak didik
Dalam proses perkembangannya, anak taman kanak-kanak tidak lepas dari berbagai hambatan atau masalah. Bila hambatan ini dibiarkan maka akan memperngaruhi proses perkembangan anak berikutnya. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya untuk membantu anak didik mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi. Dengan bimbingan, orang tua dan guru dapat memiliki pemahaman tentang berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi anak.
Dalam proses perkembangannya, anak taman kanak-kanak tidak lepas dari berbagai hambatan atau masalah. Bila hambatan ini dibiarkan maka akan memperngaruhi proses perkembangan anak berikutnya. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya untuk membantu anak didik mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi. Dengan bimbingan, orang tua dan guru dapat memiliki pemahaman tentang berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi anak.
3.
Lingkungan anak didik
yang mencakup lingkungan keluarga dan taman kanak kanak Lingkungan sekitar anak
yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan taman kanakkanak merupakan lingkungan
yang sehari-hari dimasuki anak. Dalam lingkunganlingkungan tersebut banyak hal
yang turut mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Proses perkembangan anak
ditentukan tidak hanya oleh faktor genetika, tetapi lingkunganpun memiliki
andil yang besar untuk keberlangsungan proses perkembangan anak. Upaya
bimbingan di taman kanak-kanak memberikan anak.
4.
Lingkungan yang lebih
luas di luar rumah dan di luar taman kanak-kanak
Lingkungan yang lebih luas selain lingkungan rumah dan taman kanak-kanak perlu menjadi perhatian guru dan orang tua karena pengaruh media elektronika dan berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat secara luas akan turut mempengaruhi perkembangan anak. Mudahnya anak terpengaruh oleh hal-hal yang berkembang di masyarakat menjadi perhatian utama bimbingan di taman kanak-kanak.
Lingkungan yang lebih luas selain lingkungan rumah dan taman kanak-kanak perlu menjadi perhatian guru dan orang tua karena pengaruh media elektronika dan berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat secara luas akan turut mempengaruhi perkembangan anak. Mudahnya anak terpengaruh oleh hal-hal yang berkembang di masyarakat menjadi perhatian utama bimbingan di taman kanak-kanak.
Melalui bimbingan, guru dan orang tua dapat memiliki pemahaman tentang
hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Kemampuan menyesuaikan diri merupakan suatu aspek yang perlu dimiliki
oleh anak didik di taman kanak-kanak. Luasnya lingkungan yang akan dimasuki
anak menuntut kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik dari diri anak. Selain
dari itu, berbagai tuntutan yang terjadi di masyarakat mendorong anak didik
untuk lebihmampu mengembangkan dirinya agar anak dapat berperan secara lebih
baik di kemudian hari.
Pendidikan
anak usia dini bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar
dapat berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu
pendidik atau guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan individual
anak. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa ada faktor-faktor yang sulit atau
tidak dapat dirubah dalam diri anak yaitu faktor genetis.
Karena
itulah pendidikan anak usia dini diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang
tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya. Anak usia dini
dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun,
aturan, norma, etika, dan berbagai hal lain yang terkait dengan kehidupan
duniawi. Usia dini merupakan masa bagi seorang anak untuk belajar berkomunikasi
dengan orang lain serta memahaminya. Oleh karena itu seorang anak perlu dibimbing
agar mampu memahami berbagai hal tentang kehidupan dunia dan segala isinya.
Dalam
membimbing dan mengembangkan potensi anak usia dini perlu memilih metode yang
tepat. Pemilihan metode yang dilakukan pendidik atau guru semestinya dilandasi
alasan yang kuat dan faktor-faktor pendukungnya seperti karakteristik tujuan
kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah
pengambangan kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa,
pengembangan emosi, pengembangan motorik, dan pengembangan nilai serta
pengembangan sikap dan perilaku. Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak dapat
dipergunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan
yang didasari oleh nilai-nilai agama dan moralitas agar anak dapat menjalani
kehidupan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2.1.3 Teknik dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari
karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak.
Pada masa perkembangan anak taman kanak-kanak, masalah dapat menghambat
pencapaian perkembangan masa berikutnya, dan juga mempengaruhi aspek-aspek
perkembangan lainnya.
Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru pada
anak dilaksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang terjadi.
Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing anak.
Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak.
2.1.3.1 Makna Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Proses
pendidikan dapat dilakukan melalui tiga bentuk kegiatan, yaitu bimbingan,
pengajaran dan latihan. Melalui proses bimbingan anak dibantu untuk dapat
mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang dimilikinya, dan bilamana anak
mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses perkembangannya, maka layanan
bimbingan juga perlu membantu agar permasalahan yang dihadapi tidak menghambat
proses tumbuh kembang anak.
Pengajaran
juga menjadi suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya menyiapkan anak didik
untuk dapat berperan di masa yang akan datang, karena melalui suatu proses
kegiatan yang terencana dan ditangani oleh pihak yang berkompeten dapat
terselenggara suatu proses pendidikan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga apa yang dicita-citakan diharapkan dapat
tercapai.
Latihan
menjadi suatu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam pelaksanaan proses
pendidikan karena untuk mencapai sumber daya manusia yang bermutu tidak cukup hanya
dibekali berbagai kemampuan yang bersifat kognitif afeksi saja, tetapi pada
anak didik perlu dikembangkan berbagai kemampuan psikomotornya melalui berbagai
latihan.
Kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri-sendiri,
tetapi kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi yang bermuara pada
tercapainya penyiapan peserta didik yang bermutu. Terintegrasi dalam pemahaman
di atas dimaksudkan bahwa kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
dilaksanakan secara bersama-sama dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Kegiatan
bimbingan sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan mempunyai makna yang
luas. Bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria
maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai,
kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul
bebannya sendiri. Pendapat lain, bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
Dari
definisi-definisi di atas nampak adanya beberapa kesamaan, yaitu bahwa
bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu agar
dapat berkembang secara optimal. Bimbingan sebagai suatu proses, mengandung
arti bahwa bimbingan bukanlah merupakan suatu kegiatan sesaat melainkan
melibatkan berbagai tindakan yang bersifat terencana, sistematis dan
berkelanjutan. Pemberian bantuan dalam arti bimbingan mengandung arti bahwa
guru atau pembimbing bukan mengambil alih masalah dan tugas serta tanggung
jawab pemecahannya dari peserta didik, melainkan mengembangkan lingkungan yang
kondusif, dan mendorong individu untuk mengubah perilaku dan mampu menerima
tanggung jawab, sehingga individu mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Bantuan
diberikan kepada individu dalam arti individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial maupun emosi.
Sementara bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu dapat berkembang
secara optimal yaitu tercapainya proses perkembangan yang sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Pemahaman
di atas merupakan pemahaman bimbingan dalam arti yang luas yang mencakup makna
bimbingan bagi seluruh individu. Anak taman kanak-kanak merupakan bagian dari
individu yang dalam pelaksanaan pembelajarannya di taman kanak-kanak juga tidak
terlepas dari kegiatan bimbingan.
Pendidikan
dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya adalah
pendidikan taman kanak-kanak. Proses pembelajaran di taman kanak-kanak juga
dapat dilakukan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang semua
kegiatan itu dilakukan secara terintegrasi. Artinya, dalam proses pembelajaran
di taman kanak-kanak, kegiatan bimbingan, pengajaran maupun latihan dilakukan
secara bersama-sama dan saling terkait satu sama lain, walaupun dalam
pelaksanaannya, kadangkala sulit dibedakan mana yang termasuk bimbingan,
pengajaran atau latihan.
Anak
taman kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan, yaitu berkembangnya berbagai aspek kepribadian anak baik fisik,
intelektual, sosial, emosional maupun bahasa. Berbagai aspek perkembangan ini
dapat berkembang normal manakala lingkungan juga turut memberikan kontribusi
positif bagi tumbuh kembangnya anak. Namun kadangkala dalam proses
perkembangannya, anak juga mengalami beberapa hambatan/kesulitan yang
mempengaruhi proses perkembangannya.
Dalam
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak diungkapkan bahwa bimbingan di taman
kanak-kanak merupakan proses bantuan khusus yang diberikan oleh guru atau
petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya
hambatan/kesulitan yang dihadapi anak dalam rangka mencapai perkembangan yang
optimal.
Dari
penjelasan di atas, guru perlu memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai
hambatan/kesulitan yang dihadapi anak didiknya dan berupaya untuk membantunya
semaksimal mungkin. Selain dari itu, guru juga perlu berorientasi pada upaya
membantu perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang
dimiliki anak. Artinya, bahwa proses bantuan yang dilakukan guru di taman
kanak-kanak bukan semata-mata membantu mengurangi atau menghilangkan berbagai
hambatan yang dihadapi anak, akan tetapi lebih dari itu yakni membantu proses
perkembangan anak sehingga anak dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin
tanpa mengalami hambatan.
Upaya
bimbingan di taman kanak-kanak dapat menumbuhkan pemahaman bagi guru dan orang
tua bagaimana cara menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan anak didik.
1.
Fungsi Pencegahan
Yaitu usaha bimbingan
yang dapat mencegah anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan- kesulitan dalam proses
perkembangannya. Bimbingan di taman kanak-kanak berfungsi memberikan pencegahan
terhadap berbagai kemungkinan yang dapat dialami anak didik selama proses
perkembangan. Kemungkinan tersebut dapat berupaya masalah yang berkaitan dengan
kondisi sosial, emosional atau kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara
lebih luas. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan, guru dapat melakukannya
melalui berbagai teknik, diantaranya dengan bercerita atau bermain peran.
2.
Fungsi Perbaikan
Yaitu usaha bimbingan
yang diarahkan pada terselesaikannya berbagai hambatan atau kesulitan yang
dihadapi anak didik Kesulitan anak seberapapun kecilnya akan senantiasa
mempengaruhi aktivitas dan perkembangan anak. Bilamana anak mengalami
kesulitan, terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan anak sehari-hari.
Bila kesulitan anak ini dibiarkan maka anak akan lebih terganggu aktivitasnya
dan akan mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya. Upaya bimbingan juga
diarahkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi
anak.
3.
Fungsi Pemeliharaan dan
Pengembangan
Yaitu usaha bimbingan
yang diharapkan dapat terpeliharanya dan
berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Bimbingan tidak hanya diarahkan pada upaya membantu mengurangi berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi upaya bimbingan juga berfungsi untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya. Selain dari itu, dengan
terpeliharanya potensi dan kondisi positif anak, anak perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Upaya bimbingan dalam mengembangkan kemampuan anak harus berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak.
berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Bimbingan tidak hanya diarahkan pada upaya membantu mengurangi berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi upaya bimbingan juga berfungsi untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya. Selain dari itu, dengan
terpeliharanya potensi dan kondisi positif anak, anak perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Upaya bimbingan dalam mengembangkan kemampuan anak harus berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Pelaksanaan
bimbingan di taman kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut
:
1.
Bimbingan bagian penting
dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan segi
intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh segi kepribadian
anak, karena kepribadian anak tidak dapat dipilah-pilah ke dalam serpihan-serpihan
tertentu. Pendidikan bukan pula proses menyamakan perkembangan anak, tetapi
proses mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengembangkan totalitas
kepribadiannya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan. Kehadiran
bimbingan di dalam praktek pendidikan tidak cukup dipertautkan dengan proses
pengajaran melainkan juga perlu dipertautkan dengan berbagai kegiatan lain yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.
Bimbingan diberikan
kepada semua anak didik dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah.
Semua anak didik memerlukan bantuan, baik yang dianggap tidak punya masalah
maupun anak yang menghadapi masalah. Anak yang dianggap tidak memiliki masalah
membutuhkan bimbingan, karena anak perlu tetap mengembangkan kemampuan yang ada
pada dirinya. Bantuan yang diberikan pada anak seperti ini bersifat pencegahan
dan pengembangan. Sementara bimbingan untuk anak yang bermasalah lebih bersifat
perbaikan.
3.
Bimbingan merupakan
proses yang menyatu (integratif) dalam semua kegiatan pendidikan. Bimbingan
merupakan salah satu kegiatan pendidikan di samping pengajaran dan latihan.
Pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak tidak dapat dipisahkan dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Ketika guru melaksanakan kegiatan pengajaran
dan latihan, ketika itu pula guru dapat melaksanakan proses bimbingan. Guru
dapat melaksanakan proses bimbingan dengan menggunakan metode pembelajaran yang
seringkali digunakan dalam mengajar.
4.
Bimbingan harus berpusat
pada anak yang dibimbing
Kejelasan arah kepada siapa proses bimbingan itu dilakukan akan mewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang dilakukan. Guru tidak boleh sembarangan memberikan bimbingan, bimbingan yang dilakukan guru harus dilatarbelakangi pemahaman terhadap kondisi permasalahan anak yang dibimbingnya.
Kejelasan arah kepada siapa proses bimbingan itu dilakukan akan mewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang dilakukan. Guru tidak boleh sembarangan memberikan bimbingan, bimbingan yang dilakukan guru harus dilatarbelakangi pemahaman terhadap kondisi permasalahan anak yang dibimbingnya.
5.
Kegiatan bimbingan
mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan
fisik-motorik, kecerdasan, sosial, maupun emosional. Bimbingan yang dilakukan
di taman kanak-kanak perlu berorientasi pada seluruh aspek perkembangan anak,
tidak hanya terpusat pada satu aspek perkembangan saja. Terhambatnya
perkembangan salah satu aspek yang ada pada diri anak, dapat menghambat
perkembangan aspek-aspek yang lain. Perkembangan kemampuan fisik terkait dengan
perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak dan terkait pula dengan
perkembangan kemampuan intelektual, sosial dan emosionalnya. Demikian pula
dengan aspek-aspek perkembangan lain yang saling bertautan.
6.
Bimbingan harus dimulai
dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhankebutuhan yang dirasakan oleh anak.
Bimbingan di taman kanak-kanak diawali dengan mengidentifikasi berbagai
kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan melalui proses bimbingan akan menunjang proses
perkembangan anak selanjutnya.
7.
Bimbingan harus luwes
(fleksibel) sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak. Pemahaman
terhadap kebutuhan dan tingkat perkembangan anak yang berbeda satu sama lain
membuat guru perlu melakukan bimbingan secara fleksibel. Guru tidak dapat
memberikan bimbingan dengan pendekatan yang sama pada setiap anak, karena
kebutuhan dan perkembangan anak satu sama lain berbeda. Dalam menyampaikan
permasalahan anak kepada orang tua hendaknya diciptakan situasi aman dan menyenangkan
sehingga memungkinkan komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman.
Masalah yang dihadapi anak di taman kanak-kanak merupakan masalah yang tidak
dapat dipisahkan dari peran orang tua di rumah, karena masalah anak seringkali
berhubungan dengan masalah-masalah yang ada dalam keluarganya. Penyampaian
masalah anak kepada orang tua perlu disampaikan secara lugas dan tidak
menyinggung perasaan orang tua sehingga terhindar dari salah sangka orang tua
terhadap gurunya.
8.
Dalam melaksanakan
kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat
mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya di rumah Kerjasama
antara orang tua dan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan bimbingan di
taman kanak-kanak. Penanganan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak tanpa
disertai dukungan dan kerjasama orang tua di rumah akan membuat permsalahan
yang dihadapi anak tidak dapat diselesaikan secara cepat. Hal ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima anak ketika anak belajar di
taman kanak-kanak dan ketika anak berada di rumah. Perbedaan perlakuan ini akan
lebih menyulitkan anak untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. Dengan adanya
kerjasama dan perlakuan yang sama antara orang tua dan guru memungkinkan upaya
penyelesaian masalah anak dapat berjalan sebaik mungkin.
9.
Bimbingan dilakukan
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru sebagai pelaksana
bimbingan dan bilamana perlu dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga
ahli. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki guru perlu disadari secara arif
namun demikian bimbingan tetap perlu dilaksanakan seoptimal mungkin. Dalam
upaya memberikan bantuan pada anak didik, guru dapat bekerja sama dengan pihak
lain yang lebih berkompeten untuk membantu perkembangan anak. Kerjasama ini
dapat dilakukan dengan dokter, psikolog, psikiater atau ahli lain yang ada
hubungannya dengan berbagai masalah yang dihadapi anak didik.
10.
Bimbingan harus diberikan
secara berkelanjutan. Bimbingan yang dilakukan pada anak taman kanak-kanak
tidak bersifat sementara. Bimbingan tidak hanya dilakukan bila ada berbagai
masalah yang dihadapi anak, tetapi bimbingan perlu dilakukan secara
berkelanjutan dan senantiasa berorientasi pada upaya untuk membantu
perkembangan anak seoptimal mungkin.
2.1.3.3 Teknik Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Layanan bimbingan umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik
bimbingan yaitu kelompok dan individual.
1.
Teknik Kelompok
Penyelenggaraan bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami bersama atau
membantu seorang anak didik yang menghadapi masalah dengan menempatkan dalam
suatu kehidupan kelompok. Bila masalah yang dihadapinya relatif sama, misalnya
sekelompok anak memiliki kesulitan dalam bergaul/berinteraksi dengan teman
lain, dan mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya. Untuk kasus ini,
guru selaku pembimbing dapat menggunakan teknik kelompok untuk membantu
kesulitan anak secara bersamasama. Di samping itu bila hanya ada satu orang
anak yang dipandang guru bermasalah, misalnya anak selalu tidak berani untuk
menyanyi di depan kelas sendirian, maka teknik kelompok ini tetap dapat
digunakan dengan melibatkan peran serta teman sebayanya Guru dapat merencanakan
bimbingan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang menggunakan situasi
kelompok.
2.
Teknik Individual
Layanan bimbingan dengan
menggunakan teknik individual, pada dasarnya menggunakan langkah-langkah
bimbingan konseling. Dengan kata lain, teknik individual adalah teknik
bimbingan konseling. Masalah yang dapat ditangani dengan menggunakan teknik
individual berkenaan dengan masalah yang mungkin dirasakan atau berdasarkan
hasil observasi dan
keluhan orang tua. Dengan teknik ini guru melakukan tatap muka dengan anak yang bermasalah.
keluhan orang tua. Dengan teknik ini guru melakukan tatap muka dengan anak yang bermasalah.
2.1.4 Peran Guru Taman Kanak-kanak
2.1.4.1 Peran Guru
Peranan adalah
sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya
sesuatu hal atau peristiwa). Peranan juga dikatakan perilaku atau lembaga yang
punya arti penting bagi struktur social. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih
banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Guru secara etimologis
adalah orang yang pekerjaannya adalah mengajar. Menurut Imam Barnadib, guru
adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan melaksanakan pendidikan.
Sedangkan menurut Ahmad tafsir, pendidik dalam islam adalah siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangana anak didik.
Peran guru,
secara umum peranan seorang guru adalah mendidik, yaitu membantu dalam
mengupayakan perkembangan peserta didik dalam mengoptimalkan segala potensi
hidupnya. Dalam hal ini setidaknya ada tiga persyaratan yang harus dimiliki
oleh seseorang agar bisa menjadi seorang guru :
1.
Kewajiban yaitu pengaruh positif
normatif yang diberikan kepada orang lain atau anak didik dengan tujuan agar
yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin Dengan
kewibawaan, maka secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan
kepercayaan diri peserta didik kepada pendidik sehingga dengan sendirinya akan
timbul suatu kepatuhan dari peserta didik kepada pendidik.
2.
Pendidik harus mengenal secara pribadi
peserta didiknya. Sebagai contoh, secara otomatis pendidik hafal nama asuhannya
(terutama untuk pendidik anak luar biasa)
3.
Pendidik harus mengetahui bahwa peserta
didik adalah “aku” yang berpribadi dan ingin bertanggung jawab, dan ingin
menentukan diri sendiri.
Berikut adalah
beberapa peran guru yang harus diketahui dan dipahami oleh guru agar dapat
melaksanakan tugasnya dalam mendidik dan membimbing anak guna untuk mencetak
generasi yang bermoral. Diantara peran guru itu antara lain :
1.
Guru sebagai instruksional
Guru
harus secara tetap mebuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya.
Keputusan ini didasarkan sejumlah faktor yang meliputi mata pelajaran yang akan
disampaikan, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan
dicapai.
2.
Guru sebagai motivator
Untuk
meningkatkan semangat belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang
tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik) terutama yang berasal dari gurunya, seperti meberikan dorongan
kepada siswa untuk belajar lebih giat, memberikan tugas kepada siswa sesuai
kemampuan dan perbedaan individual peserta didik.
3.
Guru sebagai model
Tidak
menjadi soal apa yang dilakukan seorang guru, guru akan berakting sebagai
seorang model bagi siswa-siswi kita. Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari
peranan mereka sebagai model.
2.1.4.2 Syarat Seorang Guru
Sebagai
seoramg pendidik harus mempunyai syarat yang harus dipenuhi, antara lain :
a.
Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan
mereka sebagaimana anak sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan
melahirkan keakraban, percaya diri, dan ketentraman belajar. Suasana yang
kondusif inilah yang mempermudah proses transformasi ilmu pengetahuan.
b.
Pendidik melakukan aktifitas karena Allah SWT. Artinya,
pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan
adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban bagi setiap
orang yang berilmu.
c.
Pendidik harus memberi nasehat yang baik kepada anak didik.
Seperti, pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar.
d.
Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal
yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif. Segala
bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalam kerangka proses
belajar.
e.
Mengenli tingkat nalar dan intelektualitas anak didik.
Pendidik harus mengenali perbedaan individu anak didik. Sehingga dapat
diidentifikasi kemampuan khususnya. Dalam kasus ini pendidik dituntut untuk
mampu berkomunikasi dengan “bahasa” mereka agar proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan tepat sasaran.
f.
Pendidik harus dapat menumbuhkan kegairahan murid terhadap
ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu
yang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap
fanatik terhadap suatu disiplin ilmu melainkan yang lain.
g.
Pendidik harus mampu mengidentifikasi
kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberikan materi ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini
lebih tepat diberi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan melalahkan.
h.
Guru bersedia mengamalkan ilmunya,
sehingga yang ada adalah menyatukan ucapan dan tindakan. Hal ini penting sebab
bagaimanapun ilmu hanya diketahui oleh mata hati, sedangkan perbuatan diketahui
dengan mata kepala.
2.1.5 Metode Mendidik yang baik
Setiap guru akan
menggunakan metode sesuai dengan gaya melaksanakan kegiatan. Tetapi yang harus
diingat bahwa Taman Kanak-kanak memiliki cara yang khas. Oleh karena itu ada
metode-metode yang lebih sesuai bagi anak Taman Kanak-kanak dibandingkan dengan
metode-metode lain. Misalnya saja guru TK jarang sekali yang menggunakan metode
ceramah. Orang akan segera menyadari bahwa metode ceramah tidak sesuai dan
tidak banyak berarti apabila diterapkan untuk anak TK. Metode-metode yang
memungkinkan anak dapat melakukan
hubungan atau sosialisasi dengan yang lain akan lebih sesuai dengan kebutuhan
dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, seorang guru akan
dapat mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting.
Dalam
pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak usia dini banyak metode yang dapat
digunakan oleh guru atau pendidik. Namun sebelum memilih dan
menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru atau pendidik harus
memahami metode yang akan dipakai, karena ini
akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan penanaman nilai
moral tersebut. Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini
sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan
karya wisata. Masing-masing metode
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai
moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan
seorang guru dalam menerapkannya. Penjelasan lebih rinci masing-masing metode
tersebut sebagai berikut:
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau
dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika
bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk
mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat
digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain.
Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya
untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Kedua, metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan
pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak
diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia,
senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan
nada. Pesan-pesan pendidikan berupa
nilai dan moral yang dikenalkan kepada
anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak
dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki
keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan
sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak
tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya
jawab saja.
Ketiga,
metode bersajak atau syair. Pendekatan
pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang
akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara
psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu,
ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau
dilakukannya. Melalui metode sajak guru
bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang
juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat
dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni.
Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat
yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki
kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap
sesuatu melalui sajak sederhana.
Keempat,
metode karyawisata. Metode karya wisata
bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang
sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau
jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema -tema
yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak. Tema
yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir,
dan pegunungan.
Kelima,
pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan
penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah
laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum
dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru
dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan
sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak
melanggar segera diberi peringatan.
Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali
terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong,
budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala
siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu
jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima
kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini.
Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan
anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu
persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan
dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai
moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.
Ketujuh,
metode outbond. Metode
Outbond merupakan suatu kegiatan
yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa alan dengan leluasa menikmati
segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain.
Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan
atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak
langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan
di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan
apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
Kedelapan,
bermain peran. Bermain peran merupakan
salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK.
Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi
seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain
peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang
ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi
keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak -anaknya.
Kesembilan,
metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di
sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan
cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian
setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD
tersebut . Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa
anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.
2.1.6 Pengertian Kepribadian Anak Usia Dini (Personality of Child)
Kepribadian adalah keseluruhan cara
seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang (http://id.wikipedia.org).
Pembentukan kepribadian adalah proses bertahap,
kompleks dan unik untuk setiap individu. Istilah ini digunakan dalam bahasa
sehari-hari berarti "semua keunggulan dari seseorang," sehingga kita
dapat mengatakan bahwa seseorang memiliki "tidak ada kepribadian".
Peranan
pendidikan adalah suatu peranan yang menentukan kualitas pendidikan seorang
anak di usia dini. Begitu juga dengan pengaruhnya pada pembentukan karakter dan
perkembangan kepribadian seorang anak. Di usia awal, dasar-dasar kepribadian
anak mulai terlihat dan kita sebagai orang terdekat khususnya orang tua harus
dapat mengarahkan ke jalur yang tepat karena pada masa kecil anak-anak sering
mendapatkan gambaran kepribadian yang berbeda dari lingkungan yang ada di
sekitarnya, sehingga kita harus berhati-hati berperan dalam pembentukan
kepribadian anak itu (www.anneahira.com)
Peranan
pendidikan bagi anak usia dini merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kepribadian anak akan terbentuk juga di
sekolah karena mereka mendapatkan sebuah lingkungan sosial yang baru.
Lingkungan utama yang berperan dalam pendidikan seorang anak berasal dari
keluarga inti yaitu ayah, ibu, adik dan kakaknya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam mendidik seorang anak. Peranan
pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan
anak itu sendiri, proses sosialisasi dan kehidupannya di masyarakat. Dikatakan
demikian karena sejak kelahirannya anak berada pada lingkungan keluarga dan di
bawah asuhan orangtuanya.
Pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh
karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh
anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula. Kepribadian
anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak.
Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru oleh
anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik
demi pembentukan kepribadian anak yang baik. Pola asuh yang baik untuk
pembentukan kepribadian anak yang baik adalah pola asuh orang tua yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga mengendalikan
anak. Sehingga anak yang juga hidup dalam mansyarakat, bergaul dengan
lingkungan dan mendapatkan pengaruhpengaruh dari luar yang mungkin dapat
merusak kepribadian anak, akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan
menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau tauladan dari
orang tua.
Peran
kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1.
Kedua
orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anakanak
mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada
saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka
akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua
orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan
anakanaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian
ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
2.
Kedua
orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan
jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan
kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka
menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.
3.
Saling
menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti
bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua,
mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak.
Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif
berkaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih
sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus
menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain.
Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati
sesamanya.
4.
Mewujudkan
kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti
memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan
menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan
anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima
kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan
yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa
keberadaannya bermanfaat dan penting.
5.
Mengadakan
perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak) Dengan melihat
keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang
dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang
susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka.
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan,
akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan
sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam
mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang
individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap
lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda
dengan orang lain.
Juga bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.
Juga bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.
2.1.7 Struktur dan Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
2.1.7.1 Struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
a. Id
Id
adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana
sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”.
b. Ego
Ego
adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia
dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai
superego.
c. Superego
Superego
adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari
sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh
dorongan ego. Dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai
sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang
ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu
sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.
2.1.8 Faktor Pendukung dan Penghambat Bagi Peran Guru dalam Membentuk Kepribadian Anak
Untuk mengembangkan kepribadian
seorang anak di TK, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni faktor
pendukung dan penghambat beserta solusinya. Berikut penjelasannya :
2.1.8.1 Faktor Pendukung
Untuk
mendukung perkembangan kepribadian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan,
yaitu:
1.
Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang
digunakan orang tua ketika perilaku anak tidak disetujui. Misalnya untuk anak
yang terlalu manja dan meminta suatu hal namun tidak disetujui oleh orang
tuanya, maka orang tua dapat mengabaikan permintaan anaknya atau tidak
meperdulikannya.
2.
Mencontohkan
Memberikan contoh berarti menjadi
model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi
cara yang paling efektif untuk membentuk kepribadian anak.
3.
Membiarkan
Membiarkan bukan berarti
mengabaikan, melainkan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dari
kesalahannya.
4.
Mengalihkan Perhatian
Bisa dilakukan apabila anak yang
terlibat cukup banyak, misalnya perkelahian. Orang tua ataupun orang dewasa
dapat mengalihkan perhatian anak-anak dengan mengajak untuk melakukan hal lain
yang lebih baik.
5.
Tantangan
Dengan tantangan, orang tua dapat
mendorong anak untuk mengeluarkan kemampuannya dalam suatu keadaan. Hal ini
dapat dijadikan pelajaran bagi anak untuk melakukan pilihan dan menentukan baik
atau buruk sesuatu hal dikemudian hari.
6. Memuji
Memuji anak atas tindakannya yang
tepat dapat menguatkan sikap dan perilakunya. Dengan memuji, anak dapat
mengerti bahwa sikap dan perilakunya itu positif dan sesuai dengan harapan
lingkungan. Anak bisa merasa dihargai, sehingga kepercayaan dirinya akan
meningkat. Dengan pujian, anak akan merekam sikap dan perilaku dalam ingatannya
sehingga termotivasi untuk mengulanginya lagi.
7.
Menciptakan Inisiatif
Cara ini dapat dilakukan dengan
mengajak anak untuk melakukan suatu hal yang membangkitkan keinginan dari
dirinya sendiri. Orang tua dapat memunculkan inisiatif anak misalnya dengan
memberi tahu manfaat dari perbuatannya dan efeknya apabila tidak dikerjakan.
Tetapi jangan dengan cara menakut-nakutinya.
8.
Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan
strategi penting dalam pembentukan kepribadian pada anak usia dini. Sikap orang
tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua
selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak.
Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak.
9.
Bermain
Melalui bermain, anak dapat mengenal
lingkungan sosial yang memberikan banyak masukan mengenai nilai-nilai yang
disetujui dan tidak disetujui, belajar mengetahui dan menerima kekurangan dan
kelebihan dirinya dan orang lain, belajar konsep-konsep moral secara nyata, dan
belajar untuk disiplin mematuhi aturan.
2.1.8.2 Faktor Penghambat
Berikut
adalah kesulitan yang dihadapi anak dalam mempelajari konsep moral:
1.
Tingkat Intelegensi
Semakin tinggi tingkat intelegensi
seorang anak, semakin mudah ia mempelajari suatu konsep pribadinya.
2.
Cara Pengajaran
Biasanya orang tua menekankan pada
apa yang tidak boleh dan apa yang salah, bukan pada apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang benar. Akibatnya anak menjadi bingung. Oelh karena itu,
dalam pengembangan kepribadian anak, orang tua harus berhati-hati dalam
berkata. Misalnya mengubah kata “Tidak boleh bohong” menjadi “Harus jujur”.
Selain itu, orang tua harus bersabar
dalam mengajarkan pendidikan yang baik untuk anaknya. Karena banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak dalam memahami konsep kepribadian. Tetapi dengan
menggunakan proses belajar secara kontinu dapat dijadikan alternative untuk
memudahkan anak menguasai konsep kepribadian seperti yang diharapkan.
3.
Perubahan Nilai Sosial
Perubahan nilai sosial dapat menjadi
beban bagi anak dalam menyesuaikan diri. Karena ketika seorang anak belum
selesai menyesuaikan diri dengan nilai
yang pertama, anak sudah harus menyesuaikan diri dengan nilai yang baru.
4.
Perbedaan Nilai Moral
Orang tua atau guru yang mengajarkan
suatu nilai moral pada anak, seringkali lupa bahwa ia harus memberikan teladan
pada anak mengenai apa yang ia ajarkan. Akibatnya anak tidak menemukan
kesesuaian antara nilai moral yang diajarkan dengan nilai moral yang ia lihat.
Anak menjadi bingung dan cenderung mengabaikan peraturan yang ditetapkan.
5.
Nilai dan Situasi yang Berbeda
Anak cenderung belum mampu
memberikan penilaian pada peristiwa unik atau khusus. Karena itu, anak
menyamaratakan peraturan yang satu untuk kodisi yang berbeda.
6.
Konflik Dengan Lingkungan Sosial
Sering kali anak bingung menghadapi
harapan lingkungan social yang berbeda antara lingkungan yang satu dengan
lingkungan yang lain. Misalnya, dirumah, ia diajarkan untuk melawan jika
dipukul temannya. Tetapi disekolah, anak diajarkan untuk selalu melawan dengan
kebaikan. Akibatnya anak bingung mana yang harus ia lakukan.
2.1.9 Tahap-tahap Pembentukan Kepribadian
Setiap
manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi
dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian
yang bersifat menetap. Kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun
yaitu:
1.
Tahap oral
Anak memperoleh
kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih
bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah
ibu, terutama saat menyusu.
2.
Tahap anal (1-3 tahun)
Pada fase ini pusat
kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang
paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training.
Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung jawab atas beberapa
kegiatan tertentu.
3.
Tahap palus: 3-6 tahun dan tahap laten: 6-12 tahun
Anak mulai tertarik
dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki
kedekatan dengan ibunya menimbulkan perasaan sayang yang disebut Oedipus
Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex.
4.
Tahap genetal: 12-18 tahun
Alat-alat reproduksi
sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis
(libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada
anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
5.
Tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah
baya dan usia senja.
2.1.10 Hal-Hal Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menunjang Kepribadian Anak Usia Dini
Hal-Hal
Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menunjang Kepribadian Anak Usia Dini
1.
Sosial
Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam
arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Sosial memiliki
beberapa istilah antara lain:
a. Struktur sosial - urutan derajat kelas sosial
dalam masyarakat mulai dari terendah sampai tertinggi. Contoh: kasta.
b. Diferensiasi sosial - suatu sistem kelas sosial
dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial
itu sendiri. Contoh: agama
c. Integrasi sosial - pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi, akulturasi, kerjasama, maupun akomodasi
c. Integrasi sosial - pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi, akulturasi, kerjasama, maupun akomodasi
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang
dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu
dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan
terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnyProses sosial
adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai
segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.
Dua
Syarat terjadinya interaksi sosial :
a.
Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung
dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,
antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun
tidak langsung.
b.
Adanya Komunikasi, yaitu seseorang
memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
2.
Emosional
Dalam
kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan
orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Alangkah sayangnnya
permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.
Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam
diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai
pikiran. Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan
perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada
rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah
yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani
mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula
menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya terlalu puas
dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi orang yang gagal.
3.
Kemandirian
Kemandirian adalah suatu
proses pertumbuhan dan proses perkembangan. Yang dimaksud kemandirian adalah
kemampuan mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya tidak
tergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung
jawab atas keputusannya, tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu
membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.
Seorang anak merasa
perlu untuk mandiri dan memang ada dorongan nalurinya untuk mandiri. Oleh sebab
itu anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri,
agar ia dapat bertumbuh dan berkembang secara fisik maupun spikis, sebagaimana
mestinya. Dengan dorongan jiwanya sendiri anak memang membutuhkan
berbagai peluang dan kesempatan untuk membutuhkan kepercayaan dirinya.
Anak-anak tidak perlu dipaksa atau dodesak agar menjadi mandiri. Kemandirian
tumbuh sejalan dengan pertambahan usia dan setiap tekanan atau paksaan
cenderung menghambat tumbuhnya kemandirian anak. Harus diingat anak akan
belajar mandiri apabila dia sudah cukup matang dan sudah ada dorongan dari
dalam jiwanya untuk mandiri.
Dengan memiliki percaya
diri dan kemandirian yang baik maka dalam berkomunikasi anak akan baik pula misalnya
anak dapat :
1. Mendengarkan
orang lain dengan tenang dan perhatian
2. Bias
berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar
belakang.
3. Tahu kapan dan
bagaimana pokok pembicaraan.
4. Memakai
komunikasi non verbal secara efektif sehingga dengan bahasa verbalnya.
5. Membaca dan memanfaatkan
bahasa tubuh orang lain.
6. Berbincang
dengan memakai nalar dan secara fasih.
7. Berbicara di
depan umum tanpa rasa takut.
Dalam membina untuk
mandiri dan menghadapi tantangan yang relative lebih berat harus sesuai
keperluan anak mulai dari menyikat gigi, menata buku-buku pelajaran, makan dan
sebagainya sudah dilatih sejak dini. Orang tua dan pendidik pun merasa bahwa
sudah sepantasnya mengasuh, membantu, mendidik dan membina untuk melayani
anak-anaknya. Situasi seperti ini dapat menimbulkan anak menjadi dewasa dan
anak-anak yang memiliki kemandirian yang baik mereka akan:
1. Tumbuh dengan harapan bahwa
hidup ini pada umumnya menyenangkan.
2. Memandang orang lain dari
positifnya, kecuali ada alas an khusus untuk berhati-hati.
3. Percaya bahwa kebanyakan
masalah bias diselesaikan.
4. Tidak menyia-nyiakan tanaga, dengan
mengkhawatirkan kemungkinan hasil yang negatif.
5. Percaya bahwa masa
depan anak sebaik ( mungkin lebih baik ) masa lalu.
6. Mau bekerja meskipun ada
perubahan yang membuat frustasi karena mereka suka pada pertumbuhan dan
perkembangan.
7. Bersedia menghabiskan waktu
dan energy untuk belajar dan melakukan tugasnya karena mereka percaya bahwa
akhirnya tujuan mereka akan tercapai.
Tingkah laku itu dapat
dipelajari melalui melihat. Jadi kemandirian itu dapat dipelajari melalui
proses meniru tingka laku orang lain yang dilihat, baik dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar. Kemandirian adalah kemampuan untuk mampu
berdiri sendiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab
sendiri.
Dalam kurikulum 2004 standar kompetensi Taman
Kanak-Kanak disajikan kompetensi yang menunjukan sikap, kemandirian anak usia
Taman Kanak-Kanak yakni sebagai berikut :
1. Anak dapat menunjukan rasa percaya
diri. Sikap ini dapat dilihat dalam kegiatan balajar sehari-hari, misalnya :
berani bertanya secara sederhana, mau mengemukakan pendapat secara sederhana,
mengerjakan tugas mandiri.
2. Anak terbiasa manjaga
kebersihan diri dan mengurus dirinya. Sikap ini dapat ditunjukan anak dalam
kegiatan menggosok gigi, makan, minum sendiri, memakai sepatu sendiri,
berpakaian sendiri, memelihara milik sendiri.
3. Anak terbiasa menjaga
lingkungan. Sikap ini ditunjukan anak dalam kegiatan sehari-hari seperti
membuang sampah pada tempatnya , tidak mencoret-coret tembok, membantu
membersihkan lingkungan kelas.
4. Anak dapat bertanggung
jawab, sikap tersebut dapat dilihat waktu akan melaksanakan kegiatan sendiri
sampai selesai, membersihkan peralatan makan selesai digunakan, merapikan
mainan selesai bermain, mengembalikan alat-alat selesai bekerja.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu tanggung jawab untuk melakukan
sesuatu dengan rasa percaya diri dalam mengembangkan kepribadian. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman kemandirian adalah tertera pada
sikap dan kemampuan untuk bias mandiri dan menghargai pendapat orang lain
tentang dirinya sehingga dapat menggali potensi yang ada.
2.2 Hipotesa
Pengembangan sosial, emosional dan
kemandirian adalah langkah yang tepat untuk membentuk kepribadian anak. Metode
menyampaikan nilai tersebut sebaiknya dengan cara yang paling disenangi anak,
yakni bercerita, bermain begitu juga bernyanyi. Adapun hal-hal lain yang harus
menunjang proses pembentukan kepribadian, yakni keterlibatan orang tua atau
kondisi keluarga, kepiawaian seorang pengajar dan kondisi lingkungan lainnya.
Dengan pertimbangan seperti itulah sehingga nilai berhasil ditanamkan pada anak
di TK Sri Rejeki Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran
2012/2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu sebuah penelitian
yang mengambil unit penelitian dalam lembaga pendidikan. Sedangkan jenis
analisis yang digunakan adalah bersifat kualitatif (Qualitative Reasearch) adalah suatu penelitian yang ditunjukkan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, altivitas social,
sikap, kepecayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.
Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi perkembangan. Pendekatan
ini memfokuskan pada penyelidikan segi-segi psikologi perkembangan anak dalam
situasi pendidikan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendeskripsikan
kebutuhan peserta didik, baik perilaku atau suasana belajar, dengan memahami
makna dan melihat gejala pendidikan yang terjadi dalam sebuah komunitas
terutama unsur-unsur internal dalam pembelajaran yang merupakan ciri
pembelajaran.
Selanjutnya
pendekatan ini dipandang sebagai jalan yang akan dilalui dalam memecahkan
problem penelitian yaitu Peningkatan pembentukan kepribadian anak
usia dini dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan moral dan sosial
emosional.
3.2 Desain Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara
kualitatif dengan beberapa tahapan, sebagai berikut :
3.3 Subyek Penelitian
Yang di maksud subyek penelitian adalah tempat, orang atau apa saja yang menjadi tempat
mendapat data atau informasi penelitian adalah
Guru TK Sri Rejeki dan TK Mutiara II yaitu :
1. Yayuk Zamzami
2. Maria Ulfa Yuniarti
3. Ainur Rochmania
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih
lokasi penelitian di TK Sri Rejeki Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten
Lamongan dan TK Mutiara II Perumnas Made Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.
Adapun gambaran umum TK Sri Rejeki
adalah sebagai berikut :
Nama Sekolah :
TK Sri Rejeki
Alamat :
Jl. Raya Tanjung Desa Tanjung Kecamatan Lamongan
Kabupaten Lamongan
Status :
Swasta
Didirikan :
Mei 1969
Penelitian ini dilaksanakan mulai
tanggal 2 Oktober 2012 – 5 Januari 2013 di kelompok usia 3-6 tahun.
3.5 Prosedur Penelitian
Selama melakukan pengumpulan data,
penulis menggunakan beberapa metode yang saling mendukung dan melengkapi yang
sesuai dengan metodologi research, yaitu:
3.5.1 Observasi
Observasi adalah pengamatah terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Sedangkan dalam pengertian lain, observasi adalah metode atau cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkahlaku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan sebagai pemeran serta
artinya kehadiran peneliti diketahui secara umum oleh subyek penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran dan peranan guru
dalam membimbing moral peserta didiknya yang terdiri dari: Guru sebagai
pendidik, guru sebagai motivator, guru sebgai pembimbing, dan guru sebagai
model.
3.5.2 Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Metode ini juga disebut sebagai angket lisat,
responden atau orang diwawancara tidak perlu menuliskan jawabannya. Sehingga
pertanyaan untuk pencarian informasi dilakukan dengan menggunakan lisan. Dengan
kelebihan teknik wawancara, penanya dapat menerangkan secara detail
pertanyaan-pertanyaanyang diajukan.
Wawancara akan ditujukan kepada Kepala TK, staf
pendidik TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur serta hasil dan
hambatannya.
3.5.3 Buku atau Paper yang Akurat
Buku adalah salah satu jenis bacaan yang
merupakan sumber informasi. Jenis bacaan yang lain yaitu koran, majalah, paper,
novel, komik atau paper dan makalah yang merupakan tulisan sejenis karya tulis
ilmiah.
Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya yang
merupakan bentuk gagasan atau ide kemudian dikemas dengan fornat yang indah
agar ide tersampaikan dengan baik. Ketika gagasan dikemas dengan baik, maka
pesan daru tulisan itu akan mudah tersampaikan.
Dari jenis bacaan yang ada, salah satu sumber
data dari karya ini adalah “Kompas.
Tanpa Nama. Tanpa Tahun. “Peranan Pendidikan bagi Anak Usia Dini””
dimana didalamnya berisi tentang bagaimana peran pendidikan bagi anak usia
dini. Kemudian penulis lebih mengerucutkan dalam jenis pendidikan yaitu
pendidikan moral yang mempengaruhi kepribadian anak usia dini.
3.6 Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber. Triangulasi sumber adalah teknik pengecekan dengan cara membandingkan
dan mengecek ulang kebenaran suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya
mencari dan menata sistematis catatan hasil
wawancara, observasi dan yang
lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang obyek dan menyajikan sebagai
penemuan bagi orang lain.
Dari pengumpulan data yang peneliti lakukan, selanjutnya
adalah reduksi data (data reduction) atau pengelolaan data yang
mengikhtiarkan hasil pengumpulan data
selengkap mungkin, serta
memilahnya ke dalam konsep tertentu, atau tema tertentu. Analisis data sebagai suatu upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milah
menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menentukan
pola, menentukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.
Dengan penganalisisan ini penulis bermaksud menyusun dan memfokuskan penelitian
sehingga sistematis dan bermakna berdasarkan landasan teori dengan cara
berfikir induksif. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode
perbandingan tetap dengan proses analisis mencakup: reduksi data, sintensisasi.
Sehingga akan terlihat keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Diskipsi Hasil Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan mulai
tanggal 2 Oktober 2012–5 Januari 2013 di kelompok usia 3-6 tahun di TK Sri
Rejeki Tanjung mendapatkan beberapa data sebagai berikut :
Dengan mengamati aktifitas
anak-anak di TK penulis dapat menulis sebuah data mengenai prilaku dan
kepribadian seorang anak. Kebanyakan dari mereka jarang mengungkapkan pendapat
saat proses belajar mengajar, mereka ramai dengan teman, tidur atau justru
melakukan suatu hal yang membuat gaduh di kelas. Tapi setelah didekati mereka
hanya diam, atau menangis.
Hal lain didapatkan saat
proses bermain yang ada di luar kelas. Penulis mendapati banyak anak yang
cenderung menyendiri dan engga berinteraksi dengan teman yang lain. Saat
didekati temannya justru si anak melempar mainan ke muka temannya. Nampaknya
interaksi social dan emosional seorang anak masih sangat labil.
Kali ini mengenai
kemandirian. Banyaknya masalah di dalam keluarga kadang membuat anak merasa
benar- benar tidak diperhatikan sehingga seoarang anak minder dengan teman
lainnya yang setiap harinya mendapat perhatian lebih dari orang tua. Anak
menjadi pendiam, mudah marah dan cengeng. Dan uniknya, banyak juga fenomena
yang berbalik dari masalah di atas. Penulis menemukan beberapa sampel, seorang
anak merasa risih mendapat perhatian berlebihan dari ibu mereka. Contohnya saat
proses belajar dimulai, ibu dari anak tersebut ikut masuk ke kelas dengan
alasan karena rasa khawatir. Hal seperti ini
menyebabkan rasa malu yang susah hilang pada seorang anak dan cenderung
berontak saat diberi perhatian lebih oleh orang lain, karena dirinya merasa
bisa dan lebih mandiri.
Di pertengahan bulan
saat penelitian, penulis mewawancarai beberapa guru di TK Sri Rejeki. Dan
alhasil, data yang didapat tidak jauh beda dengan data dari pengamatan penulis.
Nara sumber lebih menegaskan bahwa peran seorang guru sangat penting dalam
membantu pembentukan kepribadian anak, asal didukung oleh keteladanan guru dan
pengaruh lingkungan. Hendaknya guru bisa memberi motivasi dan contoh prilaku
yang baik.
Faktor pendukung pelaksanaan peran
guru dalam membimbing moral guna meningkatkan perkembangan kepribadian anak di
TK Sri Rejeki antara lain: Latar belakang guru yang sesuai dengan pendidikan,
kesadaran akan tanggung jawab kepada Allah SWT, kecintaan terhadap anak-anak,
mengadakan pertemuan guru, Sarana pra sarana mencukupi, mengadakan out bond,
buku-buku perpustakaan yang lengkap, dan dukungan dari seluruh pihak sekolah
berupa program-program unggulan yang dibuat dan dilaksanakan di TK Sri Rejeki.
Sedangkan yang menjadi hambatannya yaitu: penguasaan kelas, keterbatasan
variasi suara guru yang menyebabkan kejenuhan bagi anak-anak, dan kurang
disiplin guru dalam memantau perkembangan anak didik melalui buku catatan
(anekdot). Hambatan dari orang tua yang kebanyakan sangat mempengaruhi
kepribadian anak yakni: pola asuh orang tua yang berbeda-beda, orang tua
terlalu sibuk, orang tua yang terlalu memanjakan anak, orang tua yang tidak
mematuhi tata tertib, dan orang tua yang tidak memahami perkembangan anaknya di
sekolah. Hambatan yang berasal dari anak didik sendiri, anak didik yang
terbiasa dimanjakan orang tua akan merasa kasih sayangnya terbagi dengan
teman-teman yang lain, anak didik yang mempunyai watak keras, malas mengerjakan
tugas, sehingga selalu mencari perhatian dengan berbagai macam cara termasuk
mengancam membolos sekolah.
Untuk metode penyampaian
nilai, anak didik lebih mudah didekati dengan cara bermain dan bercerita.
Dengan metode tersebut nilai yang ingin ditanamkan bisa diberikan melalui alur
sebuah cerita, tokoh, latar, atau penyelesaian dalam sebuah teka teki.
Lebih dari 60% anak usia 3-6 tahun belum mempunyai kepribadian yang
kuat karena beberapa faktor yang sudah penulis sebutkan di atas. Dan nilai yang
harus dikembangkan untuk membentuk kepribadian seorang anak adalah sosial,
emosional dan kemandirian.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa metode yang dipakai dalam menanamkan nilai social, emosional
dan kemandirian kepada siswanya adalah sebagai berikut: bercerita, bernyanyi,
karyawisata, syair, bermain,
outbond, bermain peran, diskusi,
pembiasaan perilaku, dan teladan. Dari berbagai macam metode penanaman nilai
moral tersebut yang paling sering digunakan adalah metode bercerita dan
pembiasaan perilaku.
Metode
penananaman nilai di atas banyak membawa pengaruh yang positif terhadap
perkembangan kepribadianl anak. Adapun
metode yang digunakan oleh masing-masing sekolah tidak sama, artinya ada
penonjolan atau pengutamaan penggunaan metode-metode tertentu di sekolah sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan guru dalam melaksanakan metode tersebut. Selain
itu penggunaan metode dalam penanaman nilai tersebut disesuaikan juga dengan
karakteristik masing-masing anak di sekolah tersebut. Misalnya nilai sosial
yang ditanamkan melalui cerita. Jika dibawakan dengan baik oleh sang guru maka
nilai sosial yang terkandung di dalam cerita tersebut dapat dipahami oleh anak
dengan baik. Sebaliknya, apabila guru atau pendidik kurang menguasai teknik
bercerita maka nilai sosial yang hendak disampaikan kurang berhasil dengan
baik, bahkan anak cenderung bermain sendiri tidak memperhatikan cerita yang
disampaikan oleh guru. Oleh karena itu dalam penyampaian nilai melalui cerita
seorang guru disamping harus paham dengan nilai yang hendak disampaikan, ia
juga harus menguasai dengan baik teknik dalam bercerita. Dengan demikian lambat
laun dengan berjalannya waktu anak akan merubah perilakunya yang semula tidak
sesuai dengan nilai yang ada menjadi lebih baik sesuai dengan tokoh yang
diperankan dalam cerita. Guru juga bisa menerapkan guru sebagai motivator,
Peran guru sebagai model, Peran guru sebagai instruksional.
Berikut
Metode-metode penyampaian nilai yang paling digemari oleh anak usia dini :
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kedua, metode bernyanyi.
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan
pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak
diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia,
senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada.
Sehingga pesan moral sedikit demi sedikit tersamapaikan.
Ketiga, metode bersajak atau syair. Melalui sajak
anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah
seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian
kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan
memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk
mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana.
Keempat, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi,
kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.
Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan
penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah
laku dalam proses pembelajaran.
Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali
terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong,
budaya antri, menghormati teman. Nilai
moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya
yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.
Ketujuh, metode
outbond. Metode Outbond
merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan
alam. Melalui kegiatan outbond siswa alan dengan leluasa menikmati
segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain.
Kedelapan, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain
peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang
dia perankan dalam kegiatan bermain peran.
Kesembilan, metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah
mendiskusikan tentang suatu peristiwa.
Kesepuluh, metode teladan. Guru moral yang ideal adalah
mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua
dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam
melakukan refleksi.
Dengan pembiasaan-pembiasaan berperilaku juga lambat
laun anak akan merubah perilaku kurang baik yang kadang-kadang dibawa dari
lingkungan rumahnya menjadi perilaku yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
Demikian dengan metode-metode yang lainnya. Akan tetapi dari metode-metode
penanaman nilai yang dilakukan tersebut
menurut guru dari beberapa TK yang menjadi subjek penelitian menyatakan
bahwa menurutnya metode bercerita adalah yang paling efektif. Metode cerita dianggap
paling efektif karena anak-anak lebih tertarik dengan metode tersebut
dibandingkan dengan metode penanaman nilai moral yang lain. Meskipun dengan
menggunakan metode ini seorang guru harus lebih memahami dahulu nilai moral
yang hendak ditanamkan dan penguasaan teknik becerita. Teknik bercerita ini
misalnya dapat dilihat ketika seorang guru mengisahkan tokoh yang sedang
bersedih, maka ia harus mampu membawa siswa untuk menghayati dan hanyut dalam
perasaan sedih seperti yang dirasakan oleh tokoh yang sedang diceritakan.
Sebaliknya, ketika seorang guru menceritakan tokoh yang sedang memiliki rasa
gembira, maka guru harus dapat membawa
siswa untuk turut serta merasakan kegembiraan yang dirasakan oleh seorang
tokoh.
Metode yang telah dilakukan guru dari beberapa TK
dalam menanamkan nilai sosial kepada siswanya tentunya tidaklah berjalan secara
mulus. Dalam suatu proses tidak akan terlepas dari suatu kendala. Seorang guru
bisa mengajarkan mulai dari hal terkecil yakni membagikan kuenya kepada teman,
membantu guru dalam membereskan alat bermain.
Untuk nilai emosional bisa dilihat dari tauladan
seorang guru. Jangan pernah memperlihatkan kemarahan pada seorang anak. Dengan
cara yang unik justru nilai mudah tersampaikan. Mengajarkan anak selalu
tersenyum, selalu bersalaman dengan orang yang lebih tua atau bermain peran
dengan karakter yang baik
Nilai kemandirian akan sangat mudah untuk diterapkan
melalui kebiasaan yang dilakukan. Seperti sikat gigi, menyisir rambut, memasang
kancing baju, dan menali tali sepatu.
Adapun kendala yang dihadapi oleh guru-guru TK di
lapangan ketika akan menerapkan metode penanaman nilai sangat beragam. Ada
kendala yang datang atau berasal dari guru itu sendiri (faktor internal) dan
ada juga kendala yang datang dari luar (faktor eksternal). Termasuk dalam
faktor eksternal ini misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah,
keterputusan hubungan atau komunikasi dengan orang tua tentang nilai-nilai
moral yang hendak dikembangkan, dan
termasuk
pula di dalamnya faktor lingkungan sekitar.
Dalam penggunaaan metode bercerita guru harus
senantiasa mencari cerita-cerita yang baru guna menghindari kebosanan pada
siswanya. Guru harus mampu membawakan cerita yang menarik bagi siswanya. Sementara tidak semua guru mampu membawakan
cerita dengan baik. Kendala ini termasuk dalam kendala atau faktor internal.
Hal inilah yang kemudian menjadikan cerita kadang hanya dimonopoli oleh kelas
yang gurunya pandai bercerita.
Selain kendala yang
datang dari guru itu sendiri (internal) ada juga faktor lain yaitu
kurangnya sarana atau media untuk bercerita. Misalnya, dengan menggunakan
boneka kecil yang dimasukkan ke dalam tangan atau benda-benda lain sebagai
media untuk memudahkan dan menarik perha tian siswa. Melalui penggunaan media
dalam bercerita sebenarnya nilai yang hendak ditanamkan kepada siswa akan mudah
untuk dijelaskan dan dipahami oleh siswa. Karena tidak tersedianya media
bercerita yang ada terkadang cerita yang disampaikan oleh guru kurang
dimengerti oleh siswa.
Untuk mengatasi berbagai kendala dalam menerapkan
metode bercerita dalam menanamkan nilai kepada anak TK, para guru telah
melakukan berbagai upaya. Misalnya guru yang kurang mampu atau belum menguasai
teknik bercerita mereka tidak
segan-segan untuk senantiasa belajar, baik kepada guru yang dianggap lebih
mampu atau ke lembaga di luar sekolah. Melalui saling keterbukaan di antara
para guru ini mereka saling mengoreksi kekurangan guru lain, dan menjadikan
kekurangan atau kelemahan yang dimiliki
dapat diminimalisir. Selain itu untuk mengatasi kendala kurangnya penguasaan
terhadap teknik bercerita, para guru juga belajar melalui berbagai sumber buku
tentang cerita.
Kendala lain yang dihadapi adalah ketika guru atau
pendidik menerapkan metode pembiasaan
dalam berperilaku. Kendala yang dihadapi misalnya kurangnya konsistensi sikap
orang tua dengan apa yang diajarkan di sekolah. Demikian pula dengan perilaku
yang terjadi di lingkungan rumah si anak. Di sekolah sudah diajarkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, namun hal itu menjadi terputus ketika anak di
rumah. Terkadang di rumah orang tua kurang mendukung apa yang telah dilakukan
oleh guru di sekolah. Padahal antara waktu anak di rumah dan di sekolah jauh
lebih banyak anak di rumah. Demikian pula ketika di sekolah dan di rumah sudah
ada konsistensi dalam kebiasaan berperilaku, tetapi lingkungan sekitar dimana
anak tinggal kurang mendukung atau tidak memiliki konsistensi dalam
berperilaku. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah dengan
mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua wali dalam kurun waktu tertentu
secara kontinu.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
masalah dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun
kepribadian anak dapat disampaikan melalui pesan dan teladan yang mengandung nilai social,
emosional dan kemandirian. Dengan cara guru lebih memotivasi anak-anak dan
memberikan teledan yang baik dengan cara berulang-ulang.
6.2
Saran
Setelah melihat
peranan guru dalam membimbing anak di TK Sri Rejeki, hal-hal yang dapat
dilakukan untuk memaksimalkan peranan guru dalam pengembangan kepribadian anak
usia dini adalah:
1.
Dapat mengkondisikan kelas senyaman
mungkin sehingga anak selalu mendapat perhatian pendidik.
2.
Perhatian guru tidak hanya ke satu
kelompok, tetapi ke semua kelompok.
3.
Cara penyampaian materi guru hendaknya
lebih menarik agar anak lebih senang memperhatikan dan nilai tersampaikan.
4.
Pendidik harus selalu mencatat
perkembangan anak, agar tidak salah mengambil tindakan.
5.
Ada perwakilan dari sekolah yang
mengkomunikasikan kepada orang tua tentang perkembangan anaknya dan mengambil
tindakan yang tegas kepada orang tua yang tidak mentaati tata tertib sekolah.
6.
Orang tua jangan terlalu memanjakan
anak, dan sebaliknya orang tua hendaknya selalu meluangkan waktu untuk memberi
perhatian kepada anak.
7.
Memberi tindakan yang tegas namun
sewajarnya kepada anak jika anak melakukan kesalahan atau tidak mengerjakan
tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Hibana
S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini, Yogyakarta: Galah, 2002.
Tanpa Nama. 2007. “Peranan
Lingkungan Keluarga dalam Membentuk Kepribadian Anak” (Online).
http://wordpress.com (diakses, 8 November 2010).
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Jakarta: Hikayat, 2006.
Murdiono Mukhamad, Metode Penanaman Nilai Untuk Anak Usia Dini,
Yogyakarta:2003
W.J.S. Poerwadarminta. 2007. Kamus umum
bahasa indonesia edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
M Hariwijaya dan Bisri M, Jaekani, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis.
Surabaya: Press, 2006
Tanpa
Nama. 2009. “Membentuk Moral anak”
(Online).http://pembelajarananak.blogspot.com (November 2009)
(Online).http://www.vionetpalu.compengertian-kemandirian-anak. Html
(Oktober 2012)
Nugraha Ali dan Rachmawati Yeni. 2005. Metode Pengembangan Sosial
Emosional. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Gambar
1
Proses wawancara dan observasi
Psoses Pembelajaran dan Penanaman Nilai
Gambar
2
Seorang Anak Sedang Gosok Gigi
(implementasi nilai kemandirian)
Beberapa Anak Sedang Makan Bersama
(implementasi nilai sosial)
Gambar 3
Beberapa Anank Terlihat Akrab dan Becanda dengan Temannya
(implementasi nilai emosional)
Gambaran Keluarga yang Harmonis
Lampiran
1
SATUAN KEGIATAN HARIAN
Lampiran
2
DATA PESERTA DIDIK
Lampiran
3
STRUKTUR SEKOLAH
Lampiran
4
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Nur Rahmah
NIM :
19671128 200801 2 015
Jurusan : S1
PAUD
Fakultas : UNMUH JEMBER
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini
adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya
orang lain.
Jember, 23 Februari 2013
Lampiran
5
RIWAYAT HIDUP
Nur Rahmah dilahirkan di lamongan pada tanggal 28
Novembar 1967, anak ke lima dari delapan (8) bersaudara, putri dari pasangan
bapak Ali Sukardi dan ibu Siti Aisyah. Pedidikan dasar di tempuh di SDN
alun-alun 1 Lamongan lulus tahun 1981, dilanjutkan pendidikan SMPN 1 Lamongan
lulus tahun 1984, dilanjutkan pendidikan sekolah guru (SPG) lulus tahun 1987.
Melanjutkan ke program D2 di STIT Lamongan lulus tahun 2007.
Karir
sebagai tenaga pegajar dimulai tahun 1987 di TK Aisyiyah sampai tahun 1994,
dimutasi ke TK Sri Rezeki desa tanjung sampai sekarang. Karena kecintaan
terhadap dunia anak dan ingin memperdalam ilmu tentang anak usia dini
diputuskan untuk memilih S1 PAUD Universitas Muhammadiyah Jember.
0 komentar:
Posting Komentar