on Rabu, 29 Mei 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan.  Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang akan meneruskan perjuangan bangsa.
Usia dini merupakan masa keemasan (golden age)  yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam perkembangan kepribadian anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam  hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Salah satu bagian penting yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan pendidikan yang diberikan sejak usia dini adalah penanaman nilai moral melalui pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Pendidikan nilai dan moral yang dilakukan sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan kepribadian selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi.
Dunia anak- anak sarat dengan pembelajaran. Tidak heran jika mereka berprilaku salah. Tugas orangtua adalah membimbing dan mengingatkan. Hal itu juga terkait dengan pembentukan moral dalam diri anak. Bisa saja anak sudah memahami perilaku yang benar, namun belum tentu dia akan berperilaku sesuai pemahamannya itu. Sebab, mengetahui dan berperilaku benar, bagi anak merupakan dua hal yang berbeda. Fenomena kenakalan, kekerasan, korupsi, kolusi dan nepotisme, sering dijadikan fakta bahwa pendidikan nilai atau moral di sekolah maupun di perguruan tinggi dipandang masih gagal atau kurang berhasil. Kemudian para pelaku pendidikan dari tingkat pembuat kebijakan sampai ke pelaksana di tingkat yang paling bawah berusaha merubah dan memperbaiki strategi pembelajrannya yang dianggap sebagai sumber nilai.
Sudah penulis jelaskan, bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, mereka haruslah mendapat perhatian dan pendidikan yang serius sebab pada masa inilah belajar itu dimulai. Baik tidaknya moral anak berawal dari sini, apabila pendidikan akhlak atau moral itu diberikan sejak kecil maka anak akan terbiasa bersikap baik, begitu pula sebaliknya. Peran orang tua dalam membimbing pertumbuhan anaknya sejak usia dini menjadi sangat penting bagi modal kehidupan dan pendidikan anaknya kelak. Kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan terhadap anaknya diantaranya adalah pendidikan moral atau penanaman akhlak terhadap anak. Hal ini sebaiknya dilakukan sejak usia dini karena pendidikan pada usia dini sangat penting dan mendasar serta sangat menentukan bagi perkembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Mengingat pentingnya pendidikan bagi perkembangan kecerdasan moral anak usia dini maka penting bagi orang tua untuk memberikan kesempatan pada anak-anak dan membantu proses perkembangan pola piker, maupun kepribadian, diantaranya memilih lembaga pendidikan (Taman Kanak-kanak) yang tepat artinya strategi dan metode pengajaran yang digunakan perlu disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki oelh anak-anak.
Pendidikan nilai dan moral sejak usia dini merupakan tanggungjawab bersama semua pihak. Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan hal itu adalah Taman Kanak-kanak (TK).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang bersifat formal. Di samping masih banyak lembaga PAUD lain yang dapat digunakan sebagai tempat penanaman nilai moral seperti: Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitiapan Anak (TPA), pendidikan keluarga, dan pendidikan lingkungan. Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan serta merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di TK harus pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau pendidik dan orangtua akan mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai moral secara optimal.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Begitu juga sebaliknya. Peran ibu dalam keluarga amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surge bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya. Pada kenyataannya, banyak orang tua kurang memiliki kesadaran untuk memperhatikan setiap perkembangan seorang anak, sehingga mempengaruhi pola pendidikan yang diberikan kepada anak tersebut.
Mengingat pentingnya keseimbangan antara pendidikan moral emosional bagi anak usia dini dan kebebasan anak dalam mengembangkan fantasinya, lembaga pendidikan memegang peranan yang tidak kalah penting bagi tercapainya peletakan dasar atau berawalnya pendidikan bagi anak usia dini. Apabila generasi yang akan datang lebih buruk dari sekarang, maka merupakan suatu kerugian dan kemunduran. Pendidikan mental dan moral, budi dan akhlak, sangatlah diperlukan bagi kelanjutan hidup suatu bangsa, karena apabila budi suatu bangsa telah hilang dan akhlaknya telah rusak, maka dengan cepat berangsur-angsur bangsa itu akan lenyap dari permukaan bumi.
Pada kenyatannya, terdapat beberapa kasus bahwa banyak keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan dasar tentang moral yang baik pada anak. Hal ini disebabkan mungkin karena kurangnya pengetahuan orang tua, kesibukan orang tua, kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan bagi anak dan sebagainya. Hal ini tentu akan berdampak bagi perkembangan moral anak, yang akan berdampak pada masa depannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan sangat cepat, Taman Kanak-kanak (TK) Sri Rejeki Kec.Tanjung Kab.Lamongan, Jawa Timur memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kecerdasan moral dan membentengi anak dengan kontrol emosional dimulai sejak dini. TK Sri Rejeki merupakn salah satu pendidikan formal yang unggul dan berprestasi.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, TK Sri Rejeki harus mampu menghadapi tantangan yang semakin berat sejalan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat. Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas yang mampu mempertahankan kepercayaan, maka TK Sri Rejeki mampu menyelenggarakan pendidikan yang prifesional, efektif dan efisien, sehingga dapat mencetak generasi yang berkepribadian dan mempunyai kecerdasan moral, social emosional yang diawali sejak dini.
Keberadaan TK Sri Rejeki Kec.Tanjung Kab.Lamongan, Jawa Timur, menjadi sangat penting bagi terlaksananya pendidikan yang berkualitas guna mengembangkan kecerdasan moral anak usia dini, karena TK ini menerapkan pendidikan yang disiplin dan sesuai etika.
Sebagian  besar  orang  menganggap  bahwa  guru adalah orang yang membantu orang lain belajar. Ia   tidak   hanya   menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi pelajaran, membuat pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, mereka  juga  harus  menyimpan  kartu  catatan, mengatur kelas, menciptakan pengalaman belajar, berbicara dengan orang tua dan membimbing siswa. Akan tetapi kemampuan  guru  dalam  membimbing berbeda-beda. Karena membimbing yang kelihatannya mudah dilaksanakan, sebenarnya sulit apalagi bagi orang yang belum berpengalaman dalam hal membimbing. Pada kenyataannya guru belum sepenuhnya mampu dalam membimbing anak didiknya terutama dalam sepenuhnya mampu dalam membimbing anak didiknya terutama dalam bidang kedisiplinan, terlihat ketika penelitian melakukan observasi ada di antara guru yang kurang tanggap ketika ada siswa yang melakukan kesalahan seperti ada anak yang makan sambil berjalan dan berkata kasar.
Bertolak        dari      kenyataan dan persoalan tersebut, untuk meningkatkan efektifitas dan menghasilkan output yang berkualitas dan dapat  meningkatkan  kecerdasan  moral anak usia dini, maka perlu adanya peran serta dari pendidik yang  profesional dan menggunakan metode yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran.
Berawal  dari  permasalahan  di  atas, maka yang dimaksud dengan peranan guru dalam membimbing moral anak di TK Sri Rejeki adalah bentuk aktivitas yang dilakukan oleh guru TK tersebut dalam usahanya membimbing anak guna mencetak generasi muda yang bermoral, sebagai bekal di kehidupan kelak.
Ketika pemahaman orang tua atau kondisi keluarga tidak mendukung, dalam arti sering terjadi cekcok, masalah ekonomi, dan orang tua lebih sibuk di luar maka pesan moral sulit tersampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh psikis seorang anak sangat terganggu. Dari masalah tersebut, campur tangan seorang guru atau pendidik sangat penting dalam penanaman nilai moral melalui pendidikan moral yang formal.
Penjelasan di atas yang melatarbelakangi penulis untuk membuat sebuah karya tulis yang berjudul “Peran Guru Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Melalui Pengembangan Sosial, Emosional Dan Kemandirian Di Tk Sri Rejeki Desa Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.”

1.2     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dikemukakan pokok permasalahan sebagai berikut :
1.    Bagaimana peran guru dalam membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur?
2.    Bagaimana metode pengembangan social, emosional dan kemandirian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur?
3.    Apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi peran guru dalam membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur?

1.3     Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1.    Untuk mengetahui peran guru membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur.
2.    Untuk mengetahui metode pengembangan social, emosional dan kemandirian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur.
3.    Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi peran guru dalam membentuk kepribadian anak di TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur.

1.4     Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penulis adalah :

1.4.1    Bagi Sekolah

1.      Dapat memberikan masukan pada lembaga yang bersangkutan, khusunya TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur sebagai pertimbangan atas apa yang telah ditempuh dalam pembentukan kepribadian.
2.      Dapat memberikan kontribusi pemikiran dan memberikan wacana baru dalam upaya pembentukan kepribadian anak.

1.4.2    Bagi peneliti

1.      Mendapat pengetahuan secara teoritis.
2.      Sebagai syarat menjadi Sarjana 1 (S1)

1.4.3    Bagi Akademik

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan khasanah pengetahuan dalam menghadapi dunia pendidikan pada masa yang akan datang, guna memperbaiki kepribadian bangsa.



BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


2.1     Tinjauan Pustaka

2.1.1    Pengertian Taman Kanak-kanak

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
1.              TK A selama 1 (satu) tahun
2.              TK B selama 1 (satu) tahun
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat.
Menurut Depdikbud Program 2, Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan agar anak-anak usia 4-6 tahun lebih mengikuti pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan peraturan pemerintahan di Indonesia, “Pengertian dari taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak-anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar” (UU Nomor 2 Tahun 1989).

2.1.2    Fungsi dan Tujuan Bimbingan di Taman Kanak-kanak

Pendidikan untuk anak usia dini (0-8 tahun) merupakan pendidikan yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak usia lain, sehingga pendidikannya pun perlu dipandang sebagai sesuatu yang dikhususkan. Pendidikan anak usia dini di negara-negara maju mendapat perhatian yang luar biasa. Karena pada dasarnya pengembangan manusia akan lebih mudah dilakukan pada usia dini. Bahkan ada yang berpendapat bahwa usia dini  merupakan usia emas  (golden age)  yang hanya terjadi sekali selama kehidupan seorang manusia. Apabila usia dini tidak dimanfaatkan dengan menerapkan pendidikan dan penanaman nilai serta sikap yang baik tentunya kelak ketika ia dewasa nilai-nilai moral yang  berkembang juga nilai-nilai moral yang kurang baik. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini adalah investasi yang sangat mahal harganya bagi keluarga dan juga bangsa.
Mengingat pentingya pendidikan untuk anak usia dini, maka di negara-negara maju pendidikan anak usia dini sangat mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Taman Kanak-kanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak dipandang lebih mudah dari guru SD atau jenjang pendidikan di atasnya. Banyak perguruan tinggi yang mengembangkan program master dan doktor untuk pendidikan anak usia dini. Tidak sedikit pula guru TK yang memiliki gelar master dan doktor dalam bidang pendidikan anak usia dini. Berbeda dengan di Indonesia, kondisi pendidikan anak usia dini belum tergarap dengan baik. Perhatian pemerintah untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini masih jauh dari harapan. Hampir seluruh TK (lebih dari 99 %) adalah TK swasta yang dikembangkan oleh masyarakat secara swadaya. Para guru TK pun pada umumnya tidak memperoleh gaji yang pantas. Selain itu, jumlahnya kurang 1 % yang berstatus PNS. Jumlah anak yang mengenyam pendidikan TK juga sangat rendah, yaitu sekitar 12 %
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun.  Dalam Standar Kompetensi PAUD dinyatakan bahwa fungsi pendidikan TK dan RA adalah:
1.       Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2.       Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3.       Menumbuhkan sikap dan perilaku baik
4.       Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5.       Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemapuan anak
6.       Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Referensi lain menyebutkan tujuan dan fungsi bimbingan di TK adala sebagai berikut:  
1.    Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasaannya dan kesenangannya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki karakteristik masing-masing baik sifat, kemampuan, kebiasaan bahkan kesenangannya. Karakteristik setiap anak berbeda satu sama lain. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak didik untuk mengenali berbagai karakteristik yang dimilikinya.
2.    Membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki berbagai potensi dan potensi ini perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
3.    Membantu anak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Walaupun usia anak taman kanak-kanak masih tergolong relatif muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai kesulitan, misalnya anak dikucilkan oleh teman-temannya, anak cepat marah dan sebagainya. Kesulitan yang dihadapi anak membuat anak tidak dapatmengembangkan diri dan bila dibiarkan begitu saja anak akan semakin mengalami kesulitan dalam memasuki lingkungan yang lebih luas
4.    Membantu anak menyiapkan perkembangan mental dan sosial untuk masuk ke lembaga pendidikan selanjutnya. Taman kanak-kanak berfungsi sebagai peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah dasar. Sekolah dasar adalah lingkungan yang baru bagi anak. Di sekolah dasar anak akan menemukan situasi yang berbeda dengan lingkungan rumah. Anak akan berhadapan dengan sejumlah anak lain yang berlatar belakang keluarga yang berbeda, berhadapan dengan guru dan berbagai aturan yang cenderung akan menuntut anak untuk mentaatinya. Bimbingan di taman kanak kanak membantu kesiapan anak baik fisik, mental maupun sosial untuk dapat memasuki lingkungan sekolah yang lebih luas.
5.    Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu. Orang tua pada dasarnya adalah pendidik dan peletak dasar yang utama bagi anaknya, namun kadangkala orang tua kurang memahami karakteristik dan potensi yang dimiliki anak-anaknya, sehingga ada orang tua yang cenderung menuntut anaknya untuk memenuhi segala harapan orang tuanya atau orang tua bersikap tidak peduli dengan kondisi anaknya. Pemahaman orang tua dan sikap menerima anak apa adanya akan turut membantu proses perkembangan anak.
6.    Membantu orang tua mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah Emosi adalah bagian dari kepribadian anak yang perlu dikembangkan secara wajar. Terhambatnya perkembangan emosi anak akan mewarnai perkembangan aspek kepribadian lainnya. Orang tua adalah orang yang kerap berhubungan dengan anak, karena waktu interaksi anak banyak berhubungan dengan orang tuanya. Iklim kehidupan yang diciptakan orang tua di rumah apakah menyenangkan atau tidak, akan mempengaruhi bagaimana sikap anak ketika belajar di taman kanak-kanak.
7.    Membantu orang tua mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan intelektual, fisik dan sosial emosionalnya. Memilih sekolah tidak semata-mata dilihat dari harapan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik, tetapi pertimbangan pemilihan sekolah anak perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan anak. Guru taman kanak-kanak dapat memberikan pertimbangan pemilihan sekolah bagi anak didiknya berdasarkan perkembangan kemampuan yang ditunjukkan anak selama belajar di taman kanak-kanak. Melanjutkan belajar di sekolah dasar tidak hanya memerlukan kesiapan kemampuan intelektual saja, kemampuan fisik-motorik, sosial dan emosionalnya perlu juga dipersiapkan supaya anak dapat mengikuti proses pembelajaran secara baik dan dapat terkembangkannya berbagai aspek kemampuan anak secara keseluruhan.
8.    Memberikan informasi pada orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak. Kesehatan anak merupakan masalah penting yang harus diperhatikan baik oleh guru maupun orang tua. Kesehatan anak sangat menunjang proses tumbuh kembangnya anak. Anak yang sehat akan berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak sehat, karena dengan badan yang sehat aktivitas dan kemampuan anak dapat berkembang secara baik. Guru taman kanak-kanak perlu memberikan berbagai informasi sekaitan dengan perkembangan kesehatan anak. Tugas guru dan orang tua untuk membantu memecahkan berbagai masalah kesehatan anak.
Bimbingan di taman kanak-kanak memiliki beberapa fungsi:
a.    Fungsi Pemahaman
Yaitu usaha bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman bagi orang tua dan guru tentang :
1.    Diri anak didik Anak adalah sosok individu yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda satu sama lain, berbeda pula kelebihan dan kelemahannya. Setiap anak memiliki irama perkembangan masing-masing dan memiliki kapasitas untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Upaya bimbingan yang dilakukan di taman kanakkanak diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang berbagai hal yang ada pada diri anak didik.
2.    Hambatan atau masalah-masalah yang dihadapi anak didik
Dalam proses perkembangannya, anak taman kanak-kanak tidak lepas dari berbagai hambatan atau masalah. Bila hambatan ini dibiarkan maka akan memperngaruhi proses perkembangan anak berikutnya. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya untuk membantu anak didik mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi. Dengan bimbingan, orang tua dan guru dapat memiliki pemahaman tentang berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi anak.
3.    Lingkungan anak didik yang mencakup lingkungan keluarga dan taman kanak kanak Lingkungan sekitar anak yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan taman kanakkanak merupakan lingkungan yang sehari-hari dimasuki anak. Dalam lingkunganlingkungan tersebut banyak hal yang turut mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Proses perkembangan anak ditentukan tidak hanya oleh faktor genetika, tetapi lingkunganpun memiliki andil yang besar untuk keberlangsungan proses perkembangan anak. Upaya bimbingan di taman kanak-kanak memberikan anak.
4.    Lingkungan yang lebih luas di luar rumah dan di luar taman kanak-kanak
Lingkungan yang lebih luas selain lingkungan rumah dan taman kanak-kanak perlu menjadi perhatian guru dan orang tua karena pengaruh media elektronika dan berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat secara luas akan turut mempengaruhi perkembangan anak. Mudahnya anak terpengaruh oleh hal-hal yang berkembang di masyarakat menjadi perhatian utama bimbingan di taman kanak-kanak.
Melalui bimbingan, guru dan orang tua dapat memiliki pemahaman tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Kemampuan menyesuaikan diri merupakan suatu aspek yang perlu dimiliki oleh anak didik di taman kanak-kanak. Luasnya lingkungan yang akan dimasuki anak menuntut kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik dari diri anak. Selain dari itu, berbagai tuntutan yang terjadi di masyarakat mendorong anak didik untuk lebihmampu mengembangkan dirinya agar anak dapat berperan secara lebih baik di kemudian hari.
Pendidikan anak usia dini bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu pendidik atau guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan individual anak. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa ada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat dirubah dalam diri anak yaitu faktor genetis.
Karena itulah pendidikan anak usia dini diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak  dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya. Anak usia dini dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia.  Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal lain yang terkait dengan kehidupan duniawi. Usia dini merupakan masa bagi seorang anak untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain serta memahaminya. Oleh karena itu seorang anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang kehidupan dunia dan segala isinya.
Dalam membimbing dan mengembangkan potensi anak usia dini perlu memilih metode yang tepat. Pemilihan metode yang dilakukan pendidik atau guru semestinya dilandasi alasan yang kuat dan faktor-faktor pendukungnya seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah pengambangan kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik, dan pengembangan nilai serta pengembangan sikap dan perilaku. Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama dan moralitas agar anak dapat menjalani kehidupan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2.1.3    Teknik dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak

Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak. Pada masa perkembangan anak taman kanak-kanak, masalah dapat menghambat pencapaian perkembangan masa berikutnya, dan juga mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya.
Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru pada anak dilaksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak.

2.1.3.1  Makna Bimbingan di Taman Kanak-kanak

Proses pendidikan dapat dilakukan melalui tiga bentuk kegiatan, yaitu bimbingan, pengajaran dan latihan. Melalui proses bimbingan anak dibantu untuk dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang dimilikinya, dan bilamana anak mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses perkembangannya, maka layanan bimbingan juga perlu membantu agar permasalahan yang dihadapi tidak menghambat proses tumbuh kembang anak.
Pengajaran juga menjadi suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya menyiapkan anak didik untuk dapat berperan di masa yang akan datang, karena melalui suatu proses kegiatan yang terencana dan ditangani oleh pihak yang berkompeten dapat terselenggara suatu proses pendidikan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga apa yang dicita-citakan diharapkan dapat tercapai.
Latihan menjadi suatu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam pelaksanaan proses pendidikan karena untuk mencapai sumber daya manusia yang bermutu tidak cukup hanya dibekali berbagai kemampuan yang bersifat kognitif afeksi saja, tetapi pada anak didik perlu dikembangkan berbagai kemampuan psikomotornya melalui berbagai latihan.
Kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi yang bermuara pada tercapainya penyiapan peserta didik yang bermutu. Terintegrasi dalam pemahaman di atas dimaksudkan bahwa kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dilaksanakan secara bersama-sama dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Kegiatan bimbingan sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan mempunyai makna yang luas. Bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri. Pendapat lain, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dari definisi-definisi di atas nampak adanya beberapa kesamaan, yaitu bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat berkembang secara optimal. Bimbingan sebagai suatu proses, mengandung arti bahwa bimbingan bukanlah merupakan suatu kegiatan sesaat melainkan melibatkan berbagai tindakan yang bersifat terencana, sistematis dan berkelanjutan. Pemberian bantuan dalam arti bimbingan mengandung arti bahwa guru atau pembimbing bukan mengambil alih masalah dan tugas serta tanggung jawab pemecahannya dari peserta didik, melainkan mengembangkan lingkungan yang kondusif, dan mendorong individu untuk mengubah perilaku dan mampu menerima tanggung jawab, sehingga individu mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Bantuan diberikan kepada individu dalam arti individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial maupun emosi. Sementara bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu dapat berkembang secara optimal yaitu tercapainya proses perkembangan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Pemahaman di atas merupakan pemahaman bimbingan dalam arti yang luas yang mencakup makna bimbingan bagi seluruh individu. Anak taman kanak-kanak merupakan bagian dari individu yang dalam pelaksanaan pembelajarannya di taman kanak-kanak juga tidak terlepas dari kegiatan bimbingan.
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya adalah pendidikan taman kanak-kanak. Proses pembelajaran di taman kanak-kanak juga dapat dilakukan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang semua kegiatan itu dilakukan secara terintegrasi. Artinya, dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak, kegiatan bimbingan, pengajaran maupun latihan dilakukan secara bersama-sama dan saling terkait satu sama lain, walaupun dalam pelaksanaannya, kadangkala sulit dibedakan mana yang termasuk bimbingan, pengajaran atau latihan.
Anak taman kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, yaitu berkembangnya berbagai aspek kepribadian anak baik fisik, intelektual, sosial, emosional maupun bahasa. Berbagai aspek perkembangan ini dapat berkembang normal manakala lingkungan juga turut memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembangnya anak. Namun kadangkala dalam proses perkembangannya, anak juga mengalami beberapa hambatan/kesulitan yang mempengaruhi proses perkembangannya.
Dalam Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak diungkapkan bahwa bimbingan di taman kanak-kanak merupakan proses bantuan khusus yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya hambatan/kesulitan yang dihadapi anak dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal.
Dari penjelasan di atas, guru perlu memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai hambatan/kesulitan yang dihadapi anak didiknya dan berupaya untuk membantunya semaksimal mungkin. Selain dari itu, guru juga perlu berorientasi pada upaya membantu perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak. Artinya, bahwa proses bantuan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak bukan semata-mata membantu mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi anak, akan tetapi lebih dari itu yakni membantu proses perkembangan anak sehingga anak dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin tanpa mengalami hambatan.
Upaya bimbingan di taman kanak-kanak dapat menumbuhkan pemahaman bagi guru dan orang tua bagaimana cara menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan anak didik.
1.    Fungsi Pencegahan
Yaitu usaha bimbingan yang dapat mencegah anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan- kesulitan dalam proses perkembangannya. Bimbingan di taman kanak-kanak berfungsi memberikan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat dialami anak didik selama proses perkembangan. Kemungkinan tersebut dapat berupaya masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial, emosional atau kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara lebih luas. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan, guru dapat melakukannya melalui berbagai teknik, diantaranya dengan bercerita atau bermain peran.
2.    Fungsi Perbaikan
Yaitu usaha bimbingan yang diarahkan pada terselesaikannya berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didik Kesulitan anak seberapapun kecilnya akan senantiasa mempengaruhi aktivitas dan perkembangan anak. Bilamana anak mengalami kesulitan, terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan anak sehari-hari. Bila kesulitan anak ini dibiarkan maka anak akan lebih terganggu aktivitasnya dan akan mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya. Upaya bimbingan juga diarahkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak.
3.    Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Yaitu usaha bimbingan yang diharapkan dapat terpeliharanya dan
berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Bimbingan tidak hanya diarahkan pada upaya membantu mengurangi berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi upaya bimbingan juga berfungsi untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya. Selain dari itu, dengan
terpeliharanya potensi dan kondisi positif anak, anak perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Upaya bimbingan dalam mengembangkan kemampuan anak harus berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak.

2.1.3.2  Prinsip-prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak

Pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.         Bimbingan bagian penting dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan segi intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh segi kepribadian anak, karena kepribadian anak tidak dapat dipilah-pilah ke dalam serpihan-serpihan tertentu. Pendidikan bukan pula proses menyamakan perkembangan anak, tetapi proses mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengembangkan totalitas kepribadiannya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan. Kehadiran bimbingan di dalam praktek pendidikan tidak cukup dipertautkan dengan proses pengajaran melainkan juga perlu dipertautkan dengan berbagai kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.         Bimbingan diberikan kepada semua anak didik dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah. Semua anak didik memerlukan bantuan, baik yang dianggap tidak punya masalah maupun anak yang menghadapi masalah. Anak yang dianggap tidak memiliki masalah membutuhkan bimbingan, karena anak perlu tetap mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Bantuan yang diberikan pada anak seperti ini bersifat pencegahan dan pengembangan. Sementara bimbingan untuk anak yang bermasalah lebih bersifat perbaikan.
3.         Bimbingan merupakan proses yang menyatu (integratif) dalam semua kegiatan pendidikan. Bimbingan merupakan salah satu kegiatan pendidikan di samping pengajaran dan latihan. Pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak tidak dapat dipisahkan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Ketika guru melaksanakan kegiatan pengajaran dan latihan, ketika itu pula guru dapat melaksanakan proses bimbingan. Guru dapat melaksanakan proses bimbingan dengan menggunakan metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam mengajar.
4.         Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing
Kejelasan arah kepada siapa proses bimbingan itu dilakukan akan mewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang dilakukan. Guru tidak boleh sembarangan memberikan bimbingan, bimbingan yang dilakukan guru harus dilatarbelakangi pemahaman terhadap kondisi permasalahan anak yang dibimbingnya.
5.         Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, sosial, maupun emosional. Bimbingan yang dilakukan di taman kanak-kanak perlu berorientasi pada seluruh aspek perkembangan anak, tidak hanya terpusat pada satu aspek perkembangan saja. Terhambatnya perkembangan salah satu aspek yang ada pada diri anak, dapat menghambat perkembangan aspek-aspek yang lain. Perkembangan kemampuan fisik terkait dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak dan terkait pula dengan perkembangan kemampuan intelektual, sosial dan emosionalnya. Demikian pula dengan aspek-aspek perkembangan lain yang saling bertautan.
6.         Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhankebutuhan yang dirasakan oleh anak. Bimbingan di taman kanak-kanak diawali dengan mengidentifikasi berbagai kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan melalui proses bimbingan akan menunjang proses perkembangan anak selanjutnya.
7.         Bimbingan harus luwes (fleksibel) sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak. Pemahaman terhadap kebutuhan dan tingkat perkembangan anak yang berbeda satu sama lain membuat guru perlu melakukan bimbingan secara fleksibel. Guru tidak dapat memberikan bimbingan dengan pendekatan yang sama pada setiap anak, karena kebutuhan dan perkembangan anak satu sama lain berbeda. Dalam menyampaikan permasalahan anak kepada orang tua hendaknya diciptakan situasi aman dan menyenangkan sehingga memungkinkan komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman. Masalah yang dihadapi anak di taman kanak-kanak merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan dari peran orang tua di rumah, karena masalah anak seringkali berhubungan dengan masalah-masalah yang ada dalam keluarganya. Penyampaian masalah anak kepada orang tua perlu disampaikan secara lugas dan tidak menyinggung perasaan orang tua sehingga terhindar dari salah sangka orang tua terhadap gurunya.
8.         Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya di rumah Kerjasama antara orang tua dan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan bimbingan di taman kanak-kanak. Penanganan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak tanpa disertai dukungan dan kerjasama orang tua di rumah akan membuat permsalahan yang dihadapi anak tidak dapat diselesaikan secara cepat. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima anak ketika anak belajar di taman kanak-kanak dan ketika anak berada di rumah. Perbedaan perlakuan ini akan lebih menyulitkan anak untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. Dengan adanya kerjasama dan perlakuan yang sama antara orang tua dan guru memungkinkan upaya penyelesaian masalah anak dapat berjalan sebaik mungkin.
9.         Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru sebagai pelaksana bimbingan dan bilamana perlu dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki guru perlu disadari secara arif namun demikian bimbingan tetap perlu dilaksanakan seoptimal mungkin. Dalam upaya memberikan bantuan pada anak didik, guru dapat bekerja sama dengan pihak lain yang lebih berkompeten untuk membantu perkembangan anak. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan dokter, psikolog, psikiater atau ahli lain yang ada hubungannya dengan berbagai masalah yang dihadapi anak didik.
10.     Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan. Bimbingan yang dilakukan pada anak taman kanak-kanak tidak bersifat sementara. Bimbingan tidak hanya dilakukan bila ada berbagai masalah yang dihadapi anak, tetapi bimbingan perlu dilakukan secara berkelanjutan dan senantiasa berorientasi pada upaya untuk membantu perkembangan anak seoptimal mungkin.

2.1.3.3  Teknik Bimbingan di Taman Kanak-kanak

Layanan bimbingan umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik bimbingan yaitu kelompok dan individual.
1.              Teknik Kelompok
Penyelenggaraan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami bersama atau membantu seorang anak didik yang menghadapi masalah dengan menempatkan dalam suatu kehidupan kelompok. Bila masalah yang dihadapinya relatif sama, misalnya sekelompok anak memiliki kesulitan dalam bergaul/berinteraksi dengan teman lain, dan mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya. Untuk kasus ini, guru selaku pembimbing dapat menggunakan teknik kelompok untuk membantu kesulitan anak secara bersamasama. Di samping itu bila hanya ada satu orang anak yang dipandang guru bermasalah, misalnya anak selalu tidak berani untuk menyanyi di depan kelas sendirian, maka teknik kelompok ini tetap dapat digunakan dengan melibatkan peran serta teman sebayanya Guru dapat merencanakan bimbingan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang menggunakan situasi kelompok.
2.              Teknik Individual
Layanan bimbingan dengan menggunakan teknik individual, pada dasarnya menggunakan langkah-langkah bimbingan konseling. Dengan kata lain, teknik individual adalah teknik bimbingan konseling. Masalah yang dapat ditangani dengan menggunakan teknik individual berkenaan dengan masalah yang mungkin dirasakan atau berdasarkan hasil observasi dan
keluhan orang tua. Dengan teknik ini guru melakukan tatap muka dengan anak yang bermasalah.

2.1.4        Peran Guru Taman Kanak-kanak

2.1.4.1  Peran Guru

Peranan adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Peranan juga dikatakan perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur social. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Guru secara etimologis adalah orang yang pekerjaannya adalah mengajar. Menurut Imam Barnadib, guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan melaksanakan pendidikan. Sedangkan menurut Ahmad tafsir, pendidik dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangana anak didik.
Peran guru, secara umum peranan seorang guru adalah mendidik, yaitu membantu dalam mengupayakan perkembangan peserta didik dalam mengoptimalkan segala potensi hidupnya. Dalam hal ini setidaknya ada tiga persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa menjadi seorang guru :
1.         Kewajiban yaitu pengaruh positif normatif yang diberikan kepada orang lain atau anak didik dengan tujuan agar yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin Dengan kewibawaan, maka secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kepercayaan diri peserta didik kepada pendidik sehingga dengan sendirinya akan timbul suatu kepatuhan dari peserta didik kepada pendidik.
2.         Pendidik harus mengenal secara pribadi peserta didiknya. Sebagai contoh, secara otomatis pendidik hafal nama asuhannya (terutama untuk pendidik anak luar biasa)
3.         Pendidik harus mengetahui bahwa peserta didik adalah “aku” yang berpribadi dan ingin bertanggung jawab, dan ingin menentukan diri sendiri.
Berikut adalah beberapa peran guru yang harus diketahui dan dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan tugasnya dalam mendidik dan membimbing anak guna untuk mencetak generasi yang bermoral. Diantara peran guru itu antara lain :
1.         Guru sebagai instruksional
Guru harus secara tetap mebuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya. Keputusan ini didasarkan sejumlah faktor yang meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai.
2.         Guru sebagai motivator
Untuk meningkatkan semangat belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) terutama yang berasal dari gurunya, seperti meberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat, memberikan tugas kepada siswa sesuai kemampuan dan perbedaan individual peserta didik.
3.         Guru sebagai model
Tidak menjadi soal apa yang dilakukan seorang guru, guru akan berakting sebagai seorang model bagi siswa-siswi kita. Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari peranan mereka sebagai model.

2.1.4.2  Syarat Seorang Guru

Sebagai seoramg pendidik harus mempunyai syarat yang harus dipenuhi, antara lain :
a.         Pendidik  harus  mempunyai  sifat  kasih  sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri, dan ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang mempermudah proses transformasi ilmu pengetahuan.
b.        Pendidik melakukan aktifitas karena Allah SWT. Artinya, pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang berilmu.
c.         Pendidik harus memberi nasehat yang baik kepada anak didik. Seperti, pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar.
d.        Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif. Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalam kerangka proses belajar.
e.         Mengenli tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Pendidik harus mengenali perbedaan individu anak didik. Sehingga dapat diidentifikasi kemampuan khususnya. Dalam kasus ini pendidik dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan “bahasa” mereka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
f.         Pendidik harus dapat menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap fanatik terhadap suatu disiplin ilmu melainkan yang lain.
g.        Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan melalahkan.
h.        Guru bersedia mengamalkan ilmunya, sehingga yang ada adalah menyatukan ucapan dan tindakan. Hal ini penting sebab bagaimanapun ilmu hanya diketahui oleh mata hati, sedangkan perbuatan diketahui dengan mata kepala.

2.1.5        Metode Mendidik yang baik

Setiap guru akan menggunakan metode sesuai dengan gaya melaksanakan kegiatan. Tetapi yang harus diingat bahwa Taman Kanak-kanak memiliki cara yang khas. Oleh karena itu ada metode-metode yang lebih sesuai bagi anak Taman Kanak-kanak dibandingkan dengan metode-metode lain. Misalnya saja guru TK jarang sekali yang menggunakan metode ceramah. Orang akan segera menyadari bahwa metode ceramah tidak sesuai dan tidak banyak berarti apabila diterapkan untuk anak TK. Metode-metode yang memungkinkan anak dapat  melakukan hubungan atau sosialisasi dengan yang lain akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, seorang guru akan dapat mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting.
Dalam pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak usia dini banyak metode yang dapat digunakan oleh guru  atau  pendidik. Namun sebelum memilih dan menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru atau pendidik harus memahami metode yang akan dipakai, karena ini  akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan penanaman nilai moral tersebut. Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata.  Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya. Penjelasan lebih rinci masing-masing metode tersebut sebagai berikut:
Pertama,  metode bercerita.  Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai  sosial, nilai budaya, dan sebagainya.  Ketika  bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir  secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Kedua,  metode bernyanyi. Metode  bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada.  Pesan-pesan pendidikan berupa nilai  dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.
Ketiga, metode bersajak atau syair.  Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu  yang belum pernah dialami atau dilakukannya.  Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana.
Keempat, metode karyawisata.  Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema -tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.
Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.
Keenam,  metode bermain.  Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.
Ketujuh, metode  outbond.  Metode  Outbond  merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam.  Melalui kegiatan  outbond siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang  lain.  Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
Kedelapan, bermain peran.  Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak -anaknya.
Kesembilan, metode diskusi.  Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut . Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

2.1.6        Pengertian Kepribadian Anak Usia Dini (Personality of Child)

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang (http://id.wikipedia.org).
Pembentukan kepribadian adalah proses bertahap, kompleks dan unik untuk setiap individu. Istilah ini digunakan dalam bahasa sehari-hari berarti "semua keunggulan dari seseorang," sehingga kita dapat mengatakan bahwa seseorang memiliki "tidak ada kepribadian".
Peranan pendidikan adalah suatu peranan yang menentukan kualitas pendidikan seorang anak di usia dini. Begitu juga dengan pengaruhnya pada pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian seorang anak. Di usia awal, dasar-dasar kepribadian anak mulai terlihat dan kita sebagai orang terdekat khususnya orang tua harus dapat mengarahkan ke jalur yang tepat karena pada masa kecil anak-anak sering mendapatkan gambaran kepribadian yang berbeda dari lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga kita harus berhati-hati berperan dalam pembentukan kepribadian anak itu (www.anneahira.com)
Peranan pendidikan bagi anak usia dini merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kepribadian anak akan terbentuk juga di sekolah karena mereka mendapatkan sebuah lingkungan sosial yang baru. Lingkungan utama yang berperan dalam pendidikan seorang anak berasal dari keluarga inti yaitu ayah, ibu, adik dan kakaknya. Lingkungan ini merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam mendidik seorang anak. Peranan pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan anak itu sendiri, proses sosialisasi dan kehidupannya di masyarakat. Dikatakan demikian karena sejak kelahirannya anak berada pada lingkungan keluarga dan di bawah asuhan orangtuanya.
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula. Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak. Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik. Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga mengendalikan anak. Sehingga anak yang juga hidup dalam mansyarakat, bergaul dengan lingkungan dan mendapatkan pengaruhpengaruh dari luar yang mungkin dapat merusak kepribadian anak, akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau tauladan dari orang tua.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1.         Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anakanak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anakanaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
2.         Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.
3.         Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif berkaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4.         Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5.         Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak) Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Juga bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

2.1.7        Struktur dan Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

2.1.7.1  Struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan   superego.

a.    Id
Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”.
b.    Ego
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego.
c.    Superego
Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.

2.1.8        Faktor Pendukung dan Penghambat Bagi Peran Guru dalam Membentuk Kepribadian Anak

Untuk mengembangkan kepribadian seorang anak di TK, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni faktor pendukung dan penghambat beserta solusinya. Berikut penjelasannya :

2.1.8.1  Faktor Pendukung

Untuk mendukung perkembangan kepribadian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1.      Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak tidak disetujui. Misalnya untuk anak yang terlalu manja dan meminta suatu hal namun tidak disetujui oleh orang tuanya, maka orang tua dapat mengabaikan permintaan anaknya atau tidak meperdulikannya.
2.      Mencontohkan
Memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk kepribadian anak.
3.      Membiarkan
Membiarkan bukan berarti mengabaikan, melainkan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dari kesalahannya.

4.      Mengalihkan Perhatian
Bisa dilakukan apabila anak yang terlibat cukup banyak, misalnya perkelahian. Orang tua ataupun orang dewasa dapat mengalihkan perhatian anak-anak dengan mengajak untuk melakukan hal lain yang lebih baik.
5.      Tantangan
Dengan tantangan, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeluarkan kemampuannya dalam suatu keadaan. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi anak untuk melakukan pilihan dan menentukan baik atau buruk sesuatu hal dikemudian hari.
6.      Memuji
Memuji anak atas tindakannya yang tepat dapat menguatkan sikap dan perilakunya. Dengan memuji, anak dapat mengerti bahwa sikap dan perilakunya itu positif dan sesuai dengan harapan lingkungan. Anak bisa merasa dihargai, sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat. Dengan pujian, anak akan merekam sikap dan perilaku dalam ingatannya sehingga termotivasi untuk mengulanginya lagi.
7.      Menciptakan Inisiatif
Cara ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk melakukan suatu hal yang membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Orang tua dapat memunculkan inisiatif anak misalnya dengan memberi tahu manfaat dari perbuatannya dan efeknya apabila tidak dikerjakan. Tetapi jangan dengan cara menakut-nakutinya.
8.      Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan kepribadian pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak.
9.      Bermain
Melalui bermain, anak dapat mengenal lingkungan sosial yang memberikan banyak masukan mengenai nilai-nilai yang disetujui dan tidak disetujui, belajar mengetahui dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain, belajar konsep-konsep moral secara nyata, dan belajar untuk disiplin mematuhi aturan.

2.1.8.2  Faktor Penghambat

Berikut adalah kesulitan yang dihadapi anak dalam mempelajari konsep moral:
1.      Tingkat Intelegensi
Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang anak, semakin mudah ia mempelajari suatu konsep pribadinya.
2.      Cara Pengajaran
Biasanya orang tua menekankan pada apa yang tidak boleh dan apa yang salah, bukan pada apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar. Akibatnya anak menjadi bingung. Oelh karena itu, dalam pengembangan kepribadian anak, orang tua harus berhati-hati dalam berkata. Misalnya mengubah kata “Tidak boleh bohong” menjadi “Harus jujur”.
Selain itu, orang tua harus bersabar dalam mengajarkan pendidikan yang baik untuk anaknya. Karena banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam memahami konsep kepribadian. Tetapi dengan menggunakan proses belajar secara kontinu dapat dijadikan alternative untuk memudahkan anak menguasai konsep kepribadian seperti yang diharapkan.
3.      Perubahan Nilai Sosial
Perubahan nilai sosial dapat menjadi beban bagi anak dalam menyesuaikan diri. Karena ketika seorang anak belum selesai menyesuaikan diri dengan nilai  yang pertama, anak sudah harus menyesuaikan diri dengan nilai yang baru.
4.      Perbedaan Nilai Moral
Orang tua atau guru yang mengajarkan suatu nilai moral pada anak, seringkali lupa bahwa ia harus memberikan teladan pada anak mengenai apa yang ia ajarkan. Akibatnya anak tidak menemukan kesesuaian antara nilai moral yang diajarkan dengan nilai moral yang ia lihat. Anak menjadi bingung dan cenderung mengabaikan peraturan yang ditetapkan.
5.      Nilai dan Situasi yang Berbeda
Anak cenderung belum mampu memberikan penilaian pada peristiwa unik atau khusus. Karena itu, anak menyamaratakan peraturan yang satu untuk kodisi yang berbeda.
6.      Konflik Dengan Lingkungan Sosial
Sering kali anak bingung menghadapi harapan lingkungan social yang berbeda antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain. Misalnya, dirumah, ia diajarkan untuk melawan jika dipukul temannya. Tetapi disekolah, anak diajarkan untuk selalu melawan dengan kebaikan. Akibatnya anak bingung mana yang harus ia lakukan.

2.1.9        Tahap-tahap Pembentukan Kepribadian

Setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun yaitu:
1.        Tahap oral
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu.
2.        Tahap anal (1-3 tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training. Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung jawab atas beberapa kegiatan tertentu.
3.        Tahap palus: 3-6 tahun dan tahap laten: 6-12 tahun
Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan perasaan sayang yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex.
4.        Tahap genetal: 12-18 tahun
Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
5.        Tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.

2.1.10    Hal-Hal Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menunjang Kepribadian Anak Usia Dini


Hal-Hal Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menunjang Kepribadian Anak Usia Dini
1.         Sosial
Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Sosial memiliki beberapa istilah antara lain:
a. Struktur sosial - urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari terendah sampai tertinggi. Contoh: kasta.
b. Diferensiasi sosial - suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial itu sendiri. Contoh: agama
c. Integrasi sosial - pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi, akulturasi, kerjasama, maupun akomodasi
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnyProses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
a.         Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
b.         Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
2.      Emosional
Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.
Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya terlalu puas dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi orang yang gagal.
3.         Kemandirian
Kemandirian adalah suatu proses pertumbuhan dan proses perkembangan. Yang dimaksud kemandirian adalah kemampuan mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya tidak tergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung  jawab atas keputusannya, tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu membuang  pola perilaku yang mengingkari kenyataan.
Seorang anak merasa perlu untuk mandiri dan memang ada dorongan nalurinya untuk mandiri. Oleh sebab itu anak diberi kesempatan  dan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, agar ia dapat bertumbuh dan berkembang secara fisik maupun spikis, sebagaimana mestinya. Dengan dorongan  jiwanya sendiri anak memang membutuhkan berbagai peluang dan kesempatan untuk membutuhkan kepercayaan dirinya. Anak-anak tidak perlu dipaksa atau dodesak agar menjadi mandiri. Kemandirian tumbuh sejalan dengan pertambahan usia dan setiap tekanan atau paksaan cenderung menghambat tumbuhnya kemandirian anak. Harus diingat anak akan belajar mandiri apabila dia sudah cukup matang dan sudah ada dorongan dari dalam jiwanya untuk mandiri.
Dengan memiliki percaya diri dan kemandirian yang baik maka dalam berkomunikasi anak akan baik pula misalnya anak dapat : 
1. Mendengarkan orang lain dengan tenang dan perhatian 
2. Bias berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar belakang. 
3. Tahu kapan dan bagaimana pokok pembicaraan. 
4. Memakai komunikasi non verbal secara efektif sehingga dengan bahasa verbalnya. 
5. Membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain. 
6. Berbincang  dengan memakai nalar dan secara fasih. 
7. Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.
Dalam membina untuk mandiri dan menghadapi tantangan yang relative lebih berat harus sesuai keperluan anak mulai dari menyikat gigi, menata buku-buku pelajaran, makan dan sebagainya sudah dilatih sejak dini. Orang tua dan pendidik pun merasa bahwa sudah sepantasnya mengasuh, membantu, mendidik dan membina untuk melayani anak-anaknya. Situasi seperti ini dapat menimbulkan anak menjadi dewasa dan anak-anak yang memiliki kemandirian yang baik mereka akan: 
1.   Tumbuh dengan harapan bahwa hidup ini pada umumnya menyenangkan. 
2.  Memandang orang lain dari positifnya, kecuali ada alas an khusus untuk berhati-hati. 
3.   Percaya bahwa kebanyakan masalah bias diselesaikan. 
4.  Tidak menyia-nyiakan tanaga, dengan mengkhawatirkan kemungkinan hasil yang negatif. 
5.   Percaya bahwa masa  depan anak sebaik ( mungkin lebih baik ) masa lalu. 
6.   Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat frustasi karena mereka suka pada pertumbuhan dan perkembangan. 
7.   Bersedia menghabiskan waktu dan energy untuk belajar dan melakukan tugasnya karena mereka percaya bahwa akhirnya tujuan mereka akan tercapai.
Tingkah laku itu dapat dipelajari melalui  melihat. Jadi kemandirian itu dapat dipelajari melalui proses meniru  tingka laku orang lain yang dilihat, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Kemandirian adalah kemampuan untuk mampu berdiri  sendiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri.
Dalam kurikulum 2004 standar kompetensi Taman Kanak-Kanak disajikan kompetensi yang menunjukan sikap, kemandirian anak usia Taman Kanak-Kanak yakni sebagai berikut : 
1.  Anak dapat menunjukan rasa percaya diri. Sikap ini dapat dilihat dalam kegiatan balajar sehari-hari, misalnya : berani bertanya secara sederhana, mau mengemukakan pendapat secara sederhana, mengerjakan tugas mandiri. 
2.   Anak terbiasa manjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya. Sikap ini dapat ditunjukan anak dalam kegiatan menggosok gigi, makan, minum sendiri, memakai sepatu sendiri, berpakaian sendiri, memelihara milik sendiri. 
3.   Anak terbiasa menjaga lingkungan. Sikap ini ditunjukan anak dalam kegiatan sehari-hari seperti membuang sampah pada tempatnya , tidak mencoret-coret tembok, membantu membersihkan lingkungan kelas. 
4.   Anak dapat bertanggung jawab, sikap tersebut dapat dilihat waktu akan melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai, membersihkan peralatan makan selesai digunakan, merapikan mainan selesai bermain, mengembalikan alat-alat selesai bekerja.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu tanggung jawab untuk melakukan sesuatu dengan rasa percaya diri dalam mengembangkan kepribadian. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman kemandirian adalah tertera pada sikap dan kemampuan untuk bias mandiri dan menghargai pendapat orang lain tentang dirinya sehingga dapat menggali potensi yang ada.

2.2     Hipotesa

Pengembangan sosial, emosional dan kemandirian adalah langkah yang tepat untuk membentuk kepribadian anak. Metode menyampaikan nilai tersebut sebaiknya dengan cara yang paling disenangi anak, yakni bercerita, bermain begitu juga bernyanyi. Adapun hal-hal lain yang harus menunjang proses pembentukan kepribadian, yakni keterlibatan orang tua atau kondisi keluarga, kepiawaian seorang pengajar dan kondisi lingkungan lainnya. Dengan pertimbangan seperti itulah sehingga nilai berhasil ditanamkan pada anak di TK Sri Rejeki Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012/2013


 

 


 

 


BAB III

METODE PENELITIAN


3.1     Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu sebuah penelitian yang mengambil unit penelitian dalam lembaga pendidikan. Sedangkan jenis analisis yang digunakan adalah bersifat kualitatif (Qualitative Reasearch) adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, altivitas social, sikap, kepecayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi perkembangan. Pendekatan ini memfokuskan pada penyelidikan segi-segi psikologi perkembangan anak dalam situasi pendidikan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan peserta didik, baik perilaku atau suasana belajar, dengan memahami makna dan melihat gejala pendidikan yang terjadi dalam sebuah komunitas terutama unsur-unsur internal dalam pembelajaran yang merupakan ciri pembelajaran.
Selanjutnya pendekatan ini dipandang sebagai jalan yang akan dilalui dalam memecahkan problem penelitian yaitu Peningkatan pembentukan kepribadian anak usia dini dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan moral dan sosial emosional.


3.2     Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara kualitatif dengan beberapa tahapan, sebagai berikut :





Text Box: Masalah


 










 









                        

3.3     Subyek Penelitian

Yang  di  maksud  subyek  penelitian  adalah  tempat, orang atau apa saja yang menjadi tempat mendapat data atau informasi penelitian adalah
Guru TK Sri Rejeki dan TK Mutiara II yaitu :
1.    Yayuk Zamzami
2.    Maria Ulfa Yuniarti
3.    Ainur Rochmania

3.4     Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di TK Sri Rejeki Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan dan TK Mutiara II Perumnas Made Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.
Adapun gambaran umum TK Sri Rejeki adalah sebagai berikut :
Nama Sekolah           : TK Sri Rejeki
Alamat                      : Jl. Raya Tanjung Desa Tanjung Kecamatan Lamongan
                                    Kabupaten Lamongan
Status                        : Swasta
Didirikan                   : Mei 1969
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 2 Oktober 2012 – 5 Januari 2013 di kelompok usia 3-6 tahun.

3.5     Prosedur Penelitian

Selama melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yang saling mendukung dan melengkapi yang sesuai dengan metodologi research, yaitu:

3.5.1        Observasi

Observasi adalah pengamatah terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam pengertian lain, observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkahlaku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan sebagai pemeran serta artinya kehadiran peneliti diketahui secara umum oleh subyek penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran dan peranan guru dalam membimbing moral peserta didiknya yang terdiri dari: Guru sebagai pendidik, guru sebagai motivator, guru sebgai pembimbing, dan guru sebagai model.

3.5.2        Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode ini juga disebut sebagai angket lisat, responden atau orang diwawancara tidak perlu menuliskan jawabannya. Sehingga pertanyaan untuk pencarian informasi dilakukan dengan menggunakan lisan. Dengan kelebihan teknik wawancara, penanya dapat menerangkan secara detail pertanyaan-pertanyaanyang diajukan.
Wawancara akan ditujukan kepada Kepala TK, staf pendidik TK Sri Rejeki Kec. Tanjung Kab. Lamongan, Jawa Timur serta hasil dan hambatannya.

3.5.3        Buku atau Paper yang Akurat

Buku adalah salah satu jenis bacaan yang merupakan sumber informasi. Jenis bacaan yang lain yaitu koran, majalah, paper, novel, komik atau paper dan makalah yang merupakan tulisan sejenis karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya yang merupakan bentuk gagasan atau ide kemudian dikemas dengan fornat yang indah agar ide tersampaikan dengan baik. Ketika gagasan dikemas dengan baik, maka pesan daru tulisan itu akan mudah tersampaikan.
Dari jenis bacaan yang ada, salah satu sumber data dari karya ini adalah “Kompas. Tanpa Nama. Tanpa Tahun. “Peranan Pendidikan bagi Anak Usia Dini”” dimana didalamnya berisi tentang bagaimana peran pendidikan bagi anak usia dini. Kemudian penulis lebih mengerucutkan dalam jenis pendidikan yaitu pendidikan moral yang mempengaruhi kepribadian anak usia dini.

3.6     Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah teknik pengecekan dengan cara membandingkan dan mengecek ulang kebenaran suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

3.7     Metode Analisis Data

Analisis         data     merupakan upaya mencari dan menata sistematis catatan hasil   wawancara,   observasi   dan   yang   lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang obyek dan menyajikan sebagai penemuan bagi orang lain.
Dari pengumpulan data yang peneliti lakukan, selanjutnya adalah reduksi data (data reduction) atau pengelolaan data yang mengikhtiarkan   hasil          pengumpulan data selengkap mungkin, serta memilahnya  ke  dalam  konsep  tertentu,  atau  tema  tertentu. Analisis data sebagai suatu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi   data,   memilah-milah menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.
Dengan penganalisisan ini penulis bermaksud menyusun dan memfokuskan penelitian sehingga sistematis dan bermakna berdasarkan landasan teori dengan cara berfikir induksif. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode perbandingan tetap dengan proses analisis mencakup: reduksi data, sintensisasi. Sehingga akan terlihat keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain.


BAB IV

HASIL PENELITIAN


4.1     Diskipsi Hasil Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 2 Oktober 2012–5 Januari 2013 di kelompok usia 3-6 tahun di TK Sri Rejeki Tanjung mendapatkan beberapa data sebagai berikut :
Dengan mengamati aktifitas anak-anak di TK penulis dapat menulis sebuah data mengenai prilaku dan kepribadian seorang anak. Kebanyakan dari mereka jarang mengungkapkan pendapat saat proses belajar mengajar, mereka ramai dengan teman, tidur atau justru melakukan suatu hal yang membuat gaduh di kelas. Tapi setelah didekati mereka hanya diam, atau menangis.
Hal lain didapatkan saat proses bermain yang ada di luar kelas. Penulis mendapati banyak anak yang cenderung menyendiri dan engga berinteraksi dengan teman yang lain. Saat didekati temannya justru si anak melempar mainan ke muka temannya. Nampaknya interaksi social dan emosional seorang anak masih sangat labil.
Kali ini mengenai kemandirian. Banyaknya masalah di dalam keluarga kadang membuat anak merasa benar- benar tidak diperhatikan sehingga seoarang anak minder dengan teman lainnya yang setiap harinya mendapat perhatian lebih dari orang tua. Anak menjadi pendiam, mudah marah dan cengeng. Dan uniknya, banyak juga fenomena yang berbalik dari masalah di atas. Penulis menemukan beberapa sampel, seorang anak merasa risih mendapat perhatian berlebihan dari ibu mereka. Contohnya saat proses belajar dimulai, ibu dari anak tersebut ikut masuk ke kelas dengan alasan karena rasa khawatir. Hal seperti ini  menyebabkan rasa malu yang susah hilang pada seorang anak dan cenderung berontak saat diberi perhatian lebih oleh orang lain, karena dirinya merasa bisa dan lebih mandiri.
Di pertengahan bulan saat penelitian, penulis mewawancarai beberapa guru di TK Sri Rejeki. Dan alhasil, data yang didapat tidak jauh beda dengan data dari pengamatan penulis. Nara sumber lebih menegaskan bahwa peran seorang guru sangat penting dalam membantu pembentukan kepribadian anak, asal didukung oleh keteladanan guru dan pengaruh lingkungan. Hendaknya guru bisa memberi motivasi dan contoh prilaku yang baik.
Faktor pendukung pelaksanaan peran guru dalam membimbing moral guna meningkatkan perkembangan kepribadian anak di TK Sri Rejeki antara lain: Latar belakang guru yang sesuai dengan pendidikan, kesadaran akan tanggung jawab kepada Allah SWT, kecintaan terhadap anak-anak, mengadakan pertemuan guru, Sarana pra sarana mencukupi, mengadakan out bond, buku-buku perpustakaan yang lengkap, dan dukungan dari seluruh pihak sekolah berupa program-program unggulan yang dibuat dan dilaksanakan di TK Sri Rejeki. Sedangkan yang menjadi hambatannya yaitu: penguasaan kelas, keterbatasan variasi suara guru yang menyebabkan kejenuhan bagi anak-anak, dan kurang disiplin guru dalam memantau perkembangan anak didik melalui buku catatan (anekdot). Hambatan dari orang tua yang kebanyakan sangat mempengaruhi kepribadian anak yakni: pola asuh orang tua yang berbeda-beda, orang tua terlalu sibuk, orang tua yang terlalu memanjakan anak, orang tua yang tidak mematuhi tata tertib, dan orang tua yang tidak memahami perkembangan anaknya di sekolah. Hambatan yang berasal dari anak didik sendiri, anak didik yang terbiasa dimanjakan orang tua akan merasa kasih sayangnya terbagi dengan teman-teman yang lain, anak didik yang mempunyai watak keras, malas mengerjakan tugas, sehingga selalu mencari perhatian dengan berbagai macam cara termasuk mengancam membolos sekolah.
Untuk metode penyampaian nilai, anak didik lebih mudah didekati dengan cara bermain dan bercerita. Dengan metode tersebut nilai yang ingin ditanamkan bisa diberikan melalui alur sebuah cerita, tokoh, latar, atau penyelesaian dalam sebuah teka teki.
Lebih dari 60% anak usia 3-6 tahun belum mempunyai kepribadian yang kuat karena beberapa faktor yang sudah penulis sebutkan di atas. Dan nilai yang harus dikembangkan untuk membentuk kepribadian seorang anak adalah sosial, emosional dan kemandirian.









BAB V

PEMBAHASAN


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode yang dipakai dalam menanamkan nilai social, emosional dan kemandirian kepada siswanya adalah sebagai berikut: bercerita, bernyanyi, karyawisata, syair, bermain,  outbond,  bermain peran, diskusi, pembiasaan perilaku, dan teladan. Dari berbagai macam metode penanaman nilai moral tersebut yang paling sering digunakan adalah metode bercerita dan pembiasaan perilaku. 
Metode penananaman nilai di atas banyak membawa pengaruh yang positif terhadap perkembangan kepribadianl  anak. Adapun metode yang digunakan oleh masing-masing sekolah tidak sama, artinya ada penonjolan atau pengutamaan penggunaan metode-metode tertentu di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan guru dalam melaksanakan metode tersebut. Selain itu penggunaan metode dalam penanaman nilai tersebut disesuaikan juga dengan karakteristik masing-masing anak di sekolah tersebut. Misalnya nilai sosial yang ditanamkan melalui cerita. Jika dibawakan dengan baik oleh sang guru maka nilai sosial yang terkandung di dalam cerita tersebut dapat dipahami oleh anak dengan baik. Sebaliknya, apabila guru atau pendidik kurang menguasai teknik bercerita maka nilai sosial yang hendak disampaikan kurang berhasil dengan baik, bahkan anak cenderung bermain sendiri tidak memperhatikan cerita yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu dalam penyampaian nilai melalui cerita seorang guru disamping harus paham dengan nilai yang hendak disampaikan, ia juga harus menguasai dengan baik teknik dalam bercerita. Dengan demikian lambat laun dengan berjalannya waktu anak akan merubah perilakunya yang semula tidak sesuai dengan nilai yang ada menjadi lebih baik sesuai dengan tokoh yang diperankan dalam cerita. Guru juga bisa menerapkan guru sebagai motivator, Peran guru sebagai model, Peran guru sebagai instruksional.
Berikut Metode-metode penyampaian nilai yang paling digemari oleh anak usia dini :
Pertama,  metode bercerita.  Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kedua,  metode bernyanyi.
Metode  bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Sehingga pesan moral sedikit demi sedikit tersamapaikan.
Ketiga,  metode bersajak atau syair. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana.
Keempat,  metode karyawisata.  Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.
Kelima,  pembiasaan dalam berperilaku.  Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran.
Keenam,  metode bermain.  Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya  antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.
Ketujuh,  metode  outbond.  Metode  Outbond  merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam.  Melalui kegiatan  outbond siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang  lain.
Kedelapan,  bermain peran.  Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran.
Kesembilan,  metode diskusi.  Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa.
Kesepuluh,  metode teladan. Guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi.  
Dengan pembiasaan-pembiasaan berperilaku juga lambat laun anak akan merubah perilaku kurang baik yang kadang-kadang dibawa dari lingkungan rumahnya menjadi perilaku yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Demikian dengan metode-metode yang lainnya. Akan tetapi dari metode-metode penanaman nilai yang dilakukan tersebut  menurut guru dari beberapa TK yang menjadi subjek penelitian menyatakan bahwa menurutnya metode bercerita adalah yang paling efektif. Metode cerita dianggap paling efektif karena anak-anak lebih tertarik dengan metode tersebut dibandingkan dengan metode penanaman nilai moral yang lain. Meskipun dengan menggunakan metode ini seorang guru harus lebih memahami dahulu nilai moral yang hendak ditanamkan dan penguasaan teknik becerita. Teknik bercerita ini misalnya dapat dilihat ketika seorang guru mengisahkan tokoh yang sedang bersedih, maka ia harus mampu membawa siswa untuk menghayati dan hanyut dalam perasaan sedih seperti yang dirasakan oleh tokoh yang sedang diceritakan. Sebaliknya, ketika seorang guru menceritakan tokoh yang sedang memiliki rasa gembira, maka  guru harus dapat membawa siswa untuk turut serta merasakan kegembiraan yang dirasakan oleh seorang
tokoh.
Metode yang telah dilakukan guru dari beberapa TK dalam menanamkan nilai sosial kepada siswanya tentunya tidaklah berjalan secara mulus. Dalam suatu proses tidak akan terlepas dari suatu kendala. Seorang guru bisa mengajarkan mulai dari hal terkecil yakni membagikan kuenya kepada teman, membantu guru dalam membereskan alat bermain.
Untuk nilai emosional bisa dilihat dari tauladan seorang guru. Jangan pernah memperlihatkan kemarahan pada seorang anak. Dengan cara yang unik justru nilai mudah tersampaikan. Mengajarkan anak selalu tersenyum, selalu bersalaman dengan orang yang lebih tua atau bermain peran dengan karakter yang baik
Nilai kemandirian akan sangat mudah untuk diterapkan melalui kebiasaan yang dilakukan. Seperti sikat gigi, menyisir rambut, memasang kancing baju, dan menali tali sepatu.
Adapun kendala yang dihadapi oleh guru-guru TK di lapangan ketika akan menerapkan metode penanaman nilai sangat beragam. Ada kendala yang datang atau berasal dari guru itu sendiri (faktor internal) dan ada juga kendala yang datang dari luar (faktor eksternal). Termasuk dalam faktor eksternal ini misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, keterputusan hubungan atau komunikasi dengan orang tua tentang nilai-nilai moral yang hendak dikembangkan, dan
termasuk pula di dalamnya faktor lingkungan sekitar.
Dalam penggunaaan metode bercerita guru harus senantiasa mencari cerita-cerita yang baru guna menghindari kebosanan pada siswanya. Guru harus mampu membawakan cerita yang menarik bagi siswanya.  Sementara tidak semua guru mampu membawakan cerita dengan baik. Kendala ini termasuk dalam kendala atau faktor internal. Hal inilah yang kemudian menjadikan cerita kadang hanya dimonopoli oleh kelas yang gurunya pandai bercerita.
Selain kendala yang  datang dari guru itu sendiri (internal) ada juga faktor lain yaitu kurangnya sarana atau media untuk bercerita. Misalnya, dengan menggunakan boneka kecil yang dimasukkan ke dalam tangan atau benda-benda lain sebagai media untuk memudahkan dan menarik perha tian siswa. Melalui penggunaan media dalam bercerita sebenarnya nilai yang hendak ditanamkan kepada siswa akan mudah untuk dijelaskan dan dipahami oleh siswa. Karena tidak tersedianya media bercerita yang ada terkadang cerita yang disampaikan oleh guru kurang dimengerti oleh siswa.
Untuk mengatasi berbagai kendala dalam menerapkan metode bercerita dalam menanamkan nilai kepada anak TK, para guru telah melakukan berbagai upaya. Misalnya guru yang kurang mampu atau belum menguasai teknik bercerita  mereka tidak segan-segan untuk senantiasa belajar, baik kepada guru yang dianggap lebih mampu atau ke lembaga di luar sekolah. Melalui saling keterbukaan di antara para guru ini mereka saling mengoreksi kekurangan guru lain, dan menjadikan kekurangan atau  kelemahan yang dimiliki dapat diminimalisir. Selain itu untuk mengatasi kendala kurangnya penguasaan terhadap teknik bercerita, para guru juga belajar melalui berbagai sumber buku tentang cerita.
Kendala lain yang dihadapi adalah ketika guru atau pendidik  menerapkan metode pembiasaan dalam berperilaku. Kendala yang dihadapi misalnya kurangnya konsistensi sikap orang tua dengan apa yang diajarkan di sekolah. Demikian pula dengan perilaku yang terjadi di lingkungan rumah si anak. Di sekolah sudah diajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, namun hal itu menjadi terputus ketika anak di rumah. Terkadang di rumah orang tua kurang mendukung apa yang telah dilakukan oleh guru di sekolah. Padahal antara waktu anak di rumah dan di sekolah jauh lebih banyak anak di rumah. Demikian pula ketika di sekolah dan di rumah sudah ada konsistensi dalam kebiasaan berperilaku, tetapi lingkungan sekitar dimana anak tinggal kurang mendukung atau tidak memiliki konsistensi dalam berperilaku. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah dengan mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua wali dalam kurun waktu tertentu secara kontinu.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

Berdasarkan masalah dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun kepribadian anak dapat disampaikan melalui pesan dan  teladan yang mengandung nilai social, emosional dan kemandirian. Dengan cara guru lebih memotivasi anak-anak dan memberikan teledan yang baik dengan cara berulang-ulang.

6.2 Saran
Setelah melihat peranan guru dalam membimbing anak di TK Sri Rejeki, hal-hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan peranan guru dalam pengembangan kepribadian anak usia dini adalah:
1.         Dapat mengkondisikan kelas senyaman mungkin sehingga anak selalu mendapat perhatian pendidik.
2.         Perhatian guru tidak hanya ke satu kelompok, tetapi ke semua kelompok.
3.         Cara penyampaian materi guru hendaknya lebih menarik agar anak lebih senang memperhatikan dan nilai tersampaikan.
4.         Pendidik harus selalu mencatat perkembangan anak, agar tidak salah mengambil tindakan.
5.         Ada perwakilan dari sekolah yang mengkomunikasikan kepada orang tua tentang perkembangan anaknya dan mengambil tindakan yang tegas kepada orang tua yang tidak mentaati tata tertib sekolah.
6.         Orang tua jangan terlalu memanjakan anak, dan sebaliknya orang tua hendaknya selalu meluangkan waktu untuk memberi perhatian kepada anak.
7.         Memberi tindakan yang tegas namun sewajarnya kepada anak jika anak melakukan kesalahan atau tidak mengerjakan tugas.

 



















DAFTAR PUSTAKA


Hibana S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Galah, 2002.
Tanpa Nama. 2007. “Peranan Lingkungan Keluarga dalam Membentuk Kepribadian Anak” (Online). http://wordpress.com (diakses, 8 November 2010).
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Jakarta: Hikayat, 2006.
Murdiono Mukhamad, Metode Penanaman Nilai Untuk Anak Usia Dini, Yogyakarta:2003
W.J.S. Poerwadarminta. 2007.  Kamus  umum  bahasa  indonesia  edisi  ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
M Hariwijaya dan Bisri M, Jaekani, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis. Surabaya: Press, 2006
Tanpa Nama. 2009. “Membentuk Moral anak” (Online).http://pembelajarananak.blogspot.com (November 2009)
(Online).http://www.vionetpalu.compengertian-kemandirian-anak. Html (Oktober 2012)
Nugraha Ali dan Rachmawati Yeni. 2005. Metode Pengembangan Sosial
Emosional. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.





Gambar 1

 

Proses wawancara dan observasi










Psoses Pembelajaran dan Penanaman Nilai












Gambar 2

Seorang Anak Sedang Gosok Gigi

(implementasi nilai kemandirian)











Beberapa Anak Sedang Makan Bersama

(implementasi nilai sosial)









Gambar 3

Beberapa Anank Terlihat Akrab dan Becanda dengan Temannya

(implementasi nilai emosional)











Gambaran Keluarga yang Harmonis











Lampiran 1

SATUAN KEGIATAN HARIAN























Lampiran 2

DATA PESERTA DIDIK























Lampiran 3

STRUKTUR SEKOLAH























Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama                        : Nur Rahmah
NIM              : 19671128 200801 2 015
Jurusan          : S1  PAUD
Fakultas        : UNMUH JEMBER
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain.











Jember, 23 Februari 2013


Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nur Rahmah dilahirkan di lamongan pada tanggal 28 Novembar 1967, anak ke lima dari delapan (8) bersaudara, putri dari pasangan bapak Ali Sukardi dan ibu Siti Aisyah. Pedidikan dasar di tempuh di SDN alun-alun 1 Lamongan lulus tahun 1981, dilanjutkan pendidikan SMPN 1 Lamongan lulus tahun 1984, dilanjutkan pendidikan sekolah guru (SPG) lulus tahun 1987. Melanjutkan ke program D2 di STIT Lamongan lulus tahun 2007.
          Karir sebagai tenaga pegajar dimulai tahun 1987 di TK Aisyiyah sampai tahun 1994, dimutasi ke TK Sri Rezeki desa tanjung sampai sekarang. Karena kecintaan terhadap dunia anak dan ingin memperdalam ilmu tentang anak usia dini diputuskan untuk memilih S1 PAUD Universitas Muhammadiyah Jember.